REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Kota Solo terpaksa turun tangan menangani distribusi gas elpiji. Pemkot turut memantau pendistribusian gas Elpiji ukuran 3 Kg hingga di tingkat pengecer. Hal ini dilakukan menyusul kelangkaan bahan bakar gas yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini.
''Kami terus melakukan monitoring harga Elpiji. Dalam hal ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) sebatas memonitoring harga,” kata Kepala Disperindag Kota Solo, Rohana, Selasa (14/5).
Selama dua hari ke depan, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menambah kuota Elpiji hingga 19.503 tabung. Diharapkan, penambahan pasokan tersebut bisa mengatasi kelangkaan yang terjadi di tingkat pedagang eceran.
Dugaan sementara, penyebab kelangkaan Elpiji 3 Kg karena lonjakan permintaan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pengolahan makanan selama hari libur pekan lalu. ''Indikasinya, karena kemarin hari libur. Pengusaha makanan ada peningkatan tajam,'' ujar Rohana.
Selain itu, kata Rohana lagi, peningkatan permintaan juga terjadi pada tingkat rumah tangga selama hari libur pekan lalu. Terkait dugaan adanya penimbunan barang, pihaknya belum menemukannya data lapangan. ''Belum, belum mengarah ke sana''.
Akibat kelangkaan Elpiji 3 kg yang terjadi, kemarin, sejumlah pengecer menaikkan harga diluar batas kewajaran. Di salah satu tempat pengecer, menurut Rohana, ada yang mematok harga elpiji 3 Kg mencapai Rp 18 ribu per tabung. Padahal, harga normal di tingkat pengecer hanya berkisar Rp 14,5 ribu hingga Rp 15 ribu.
Untuk yang menaikkan harga terlampau tinggi, kata Ronana, ''sudah kami peringatkan. Sekarang harga per tabung sudah normal lagi''.