REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Kelangkaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram (kg) di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menyebabkan sebagain warga setempat harus berebut gas tersebut untuk memperolehnya ditingkat pengecer.
Ardiansyah, seorang warga desa Payingkiran Majalengka mengaku, masyarakat di Kabupaten Majalengka terpaksa harus berebut gas bersubsidi ukuran tiga kilogram, karena semakin langka mereka sudah jengkel sering mengalami kesulitan gas tersebut. Dikatakannya, saat gas bersubsidi ukuran tiga kilogram turun dari mobil pengiriman di tingkat pengecer ratusabn warga sudah menunggu, karena mereka keliling mencari gas selalu kosong, padahal harganya cukup tinggi.
"Rata-rata warga hanya memiliki persediaan satu tabung gas sehingga, saat sulit seperti sekarang mereka tidak bisa memasak," katanya, Ahad (12/5). Menurut dia, bagi mereka yang memiliki persediaan dua tabung, masih bisa memasak sehingga tidak repot berdesakan.
Cahyo, salah seorang pengecer mengaku, setiap ada rencana kenaikan harga gas bersubsidi warga mengalami kesulitan, padahal harganya sudah tinggi kini eceran sudah mencapai Rp 20 ribu per tabung isi tiga kilogram, padahal harga resminya hanya Rp 14 ribu per tabung. Menurut dia, langkanya gas bersubsidi isi tiga kilogram diduga kuat ada yang mempermainkan, sehingga ditingkat eceran konsumen kesulitan mendapatkan gas tersebut.
Munawir, salah seorang pembeli mengaku, kelangkaan gas bersubsidi isi tiga kilogram disejumlah pengecer di Majalengka diduga ada pihak pihak nakal yang melakukan pengoplosan gas elpiji isi 3 kg tersebut, karena perbedaan harga (disparitas) dengan gas elpiji tabung 12 kg.