REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Biaya pengobatan penyakit lupus tidak murah. Untuk pengobatan orang dengan lupus (Odapus), yang masuk kategori ringan sebulannya dibutuhkan sekitar Rp 1 juta. Sementara, kategori lupus sedang sekitar Rp 5 juta dan kategori berat bisa mencapai puluhan juta.
Oleh karena itu, Menurut Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF), Dian Syarief, SDF meminta Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) nantinya bisa meng-cover pengobatan semua Odapus.
"Kami berharap, pengobatan Odapus bisa masuk ke BPJS yang diberlakukan 2014 nanti. Jadi, semua pengobatan ditangani oleh BPJS," ujar Dian kepada Republika, Ahad (12/5).
Menuurt Dian, untuk mengupayakan hal tersebut, DSF telah menemui Kementerian Kesehatan dan Komisi IX DPR RI. Hasilnya, kedua instansi tersebut memberikan sinyal positif. Begitu juga, saat beraudensi dengan Dinas Kesehatan Jabar, semuanya menanggapi dengan positif.
Skema BPJS, kata dia, adalah iuran asuransi yang nantinya diberlakukan untuk semua orang dengan tidak melihat kaya atau miskin dan sakit atau tidak. Jadi, diharapkan nantinya semua Odapus yang kaya atau miskin, bisa dijamin BPJS ini.
Dian berharap, persyaratan Odapus untuk masuk menjadi anggota BPJS tersebut tidak rumit. Karena, kadang kesehatan Odapus menurun, kalau harus mondar-mandir melengkapi persyaratan akan menyulitkan mereka.
"Kami sudah proaktif memperjuangkan Odapus agar bisa masuk BPJS ini. Walaupun, setelah menghubungi Kemenkes, ternyata harus menghubungi Askes, kesana-kesni lagi. Ya, seperti puzzle harus dirangkaikan," katanya.
Dian menjelaskan, biaya berobat untuk Odapus ringan memang kurang dari Rp 1 juta. Namun, kalau Odapus sedang atau berat dana yang harus dikeluarkan cukup mahal. Padahal, tidak semua Odapus mampu. Lupus yang berat, bisa terkena ginjal, otak, dan paru-paru. Biasanya, Odapus harus cuci darah.
Penyakit lain, kata dia, seperti talasemia dan HIV/AIDS, pasiennya sudah mendapat obat gratis dari pemerintah. Seharusnya, Odapus pun mendapatkan obat gratis. Jadi, tidak memberatkan mereka. Oleh karena itu, topik yang diangkat pada World Lupus Day (WLD) tahun ini adalah ‘Kesempatan Hidup Kedua.
Jadi, kata Dian, SDF terus memperjuangkan agar semua bisa berobat dan mengonsumsi obat dengan terjangkau. Termasuk, pemeriksaan laboratoriumnya. Selain mengupayakan obat yang terjangkau, SDF pun terus melakukan penelitian untuk menemukan tanaman obat yang bisa mengobati Lupus.
Menurut Dian, Himalaya yang Negara kecil saja memiliki komitmen untuk terus melakukan penelitian menggali kekayaan tanamannya agar bisa digunakan untuk obat.
Jadi, sudah seharusnya Indonesia yang negaranya kaya dengan berbagai tanaman obat gencar melakukan penelitian. Terutama, untuk menemukan tanaman obat bagi lupus.
"Kita, punya potensi tanaman yang banyak, jadi sudah seharusnya melakukan penelitian agar ditemukan tanaman yang bisa mengobati Odapus," katanya.
SDF, kata dia, sudah tahun ketiga menggelar kompetisi penelitian tanaman untuk obat lupys. Pada 2011, sudah ada beberapa bahan alam yang disinyalir bisa jadi obat lupus. Yakni, Cocor bebek dan tonggo langit.
Namun, setelah diteliti lebih lanjut ternyata tonggo langit tidak masuk ke fase penelitian berikutnya. Di penelitian awal, cocor bebek, cocok dikembangkan untuk diteliti ke fase kedua.
"Di 2012, peneliti sedang meneliti biji nangka dan ubi jalar sebagai suplemen nutrisi bagi Odapus. Ini juga, masih diteliti," katanya.