REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum Swartz) mempunyai potensi sebagai kandidat antikanker, kata Koordinator Tim Peneliti Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Ardaning Nuriliani.
"Hasil penelitian menunjukkan Anggrek Merpati yang merupakan genus dendrobium mempunyai potensi sebagai antikanker dan antitumor. Namun, keberadaan anggrek tersebut di Indonesia tidak menjadi perhatian masyarakat," katanya di Yogyakarta, Jumat.
Padahal, menurut dia, penelitian genus dendrobium selama ini telah banyak dilakukan di beberapa negara seperti China dan Jepang untuk obat-obatan.
Ia mengatakan penelitian yang mereka lakukan adalah untuk mengetahui efek sitoksisitas ekstrak etanolik daun dan "pseudobulb" Dendrobium crumenatum Swartz terhadap "cell lines" kanker serviks (HeLa) secara in vitro.
Selain itu, juga untuk mengetahui aktivitas antiangiogenesis secara in vivo dengan menggunakan membran korio alantois (MKA) telur ayam berembrio.
"Dari penelitian yang kami lakukan yakni induksi melalui apoptosis (mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram) menunjukkan hasil rendah," katanya.
Namun, menurut dia, setelah dilanjutkan dengan uji antiangiogenesis pada membran korio alantois menunjukkan adanya potensi sebagai kandidat antikanker.
Penelitian tentang Anggrek Merpati itu telah mengantarkan tim tersebut meraih penghargaan tingkat internasional sebagai Best Paper Award pada The First Annual International Scholar Conference (AISCT) di Taiwan, 27-29 April 2013 untuk kategori Health and Pharmacy.
Tim tersebut berhasil menyisihkan puluhan tim lainnya dari beberapa negara seperti Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Jepang.
Anggota Tim Peneliti Fakultas Biologi UGM antara lain Nastiti Wijayanti, Atiek Kusmiyati, Yekti Asih Purwestri, dan Riski Topriyani.