Jumat 10 May 2013 18:39 WIB

IPW: Soal Teroris, Polisi Mendramatisasi

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Mansyur Faqih
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)
Foto: Republika/Tahta Adilla
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) menilai, ada kejanggalan dari aksi polisi satuan antiteror dalam beberapa penggerebekan terakhir. Misalnya, penangkapan besar-besaran yang seolah membuat kelompok teroris tak ada habisnya. Kemudian, aksi polisi dalam menangkap yang terlalu dibuat-buat.

Seperti yang terjadi pada penyergapan di wilayah Cigondewah, Bandung, Jawa Barat Rabu (8/5) lalu. Dalam penggerebekan 5,5 jam itu, polisi yang disorot oleh puluhan kamera jurnalis seolah membuat proses penangkapan berjalan alot dan penuh ketegangan.

Over expose juga terlihat dari kehadiran pejabat teras Polri yang  langsung mendatangai Kota Kembang untuk mengawal proses penangkapan. Saat itu,  Kapolri Jenderal Timur Pradopo dan jajarannya singgah ke Polda Bandung.

Bahkan, Wakapolri Komjen Nanan Soekarna melibatkan diri langsung di lokasi penggerebekan. Dia pun sempat tampil di depan rumah yang dijadikan persembunyian para terduga teroris untuk meneriakan perintah menyerahkan diri melalui alat pengeras suara.

"Yang seperti ini (pamer) malah membuat masyarakat panik dan resah. Didramatisisasi sedemikian rupa dan mencari perhatian, justru mencipatkan rasa was-was pada khalayak. Khususnya yang menonton penggerebekan," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Jumat (10/5).

Ia pun mengaku ragu dengan fakta penangkapan teroris yang berbarengan dalam sepekan terakhir. Karena, menimbulkan kesan kalau teroris yang diberantas oleh Densus 88 sejak mereka berdiri di 2003 ini tak ada habisnya.

"Polisi harus segera lakukan langkah konkret. Jangan sampai kejahatan teroris ini menjadi seperti narkoba yang dipelihara sehingga bisa meraup untung sebanyak-banyaknya," tegas Neta.

Dalam sepekan ini, Polri meringkus sedikitnya 26 terduga teroris. Sebanyak 19 di antaranya ditangkap hidup. Sedangkan tujuh lainnya tewas. Banyak pihak menilai, penangkapan ini hanya upaya mereputasi nama baik Densus 88 yang beberapa waktu lalu coreng akibat tuduhan aksi pelanggaran HAM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement