REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshidiqie ditawarkan mengikuti konvensi capers Partai Demokrat. Meski begitu, Jimly merasa dia kurang cocok mengikuti konvensi tersebut.
"Saya kurang pantas jadi capres, paling tinggi cawapres," kata Jimly saat ditemui di kantor DKPP, Jakarta, Rabu (8/5).
Jimly merasa kurang pantas sebagai calon presiden karena realistis. Sebagai tokoh yang tidak berafiliasi dengan partai politik, menjadi capres tidak mudah. Meski diakuinya tawaran untuk bergabung dengan partai politik selalu datang.
"Bukannya saya merasa tidak mampu, saya mampu. Saya rasa dengan capres-capres yang ada itu, Insyaallah kami tidak kalah," ungkapnya.
Menurutnya, ikut serta dalam konvensi tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi saat ini posisi dan kedudukannya sebagai ketua DKPP. Sehingga ia harus netral dan menjaga marwah sebagai pimpinan lembaga etik tersebut. Untuk capres, ujarnya, harus dilakoni oleh orang-orang yang berkeringat di partai.
"Masa kami gak berkeringat mau bermimpi mengambil jatah orang. Kecuali kalau partai meminta itu karena kekurangan orang," jelasnya.
Bagi Jimly, konvensi lebih tepat untuk mereka yang berniat menjadi capres. Sementara cawapres tak perlu melalui konvensi. Melainka dipilih langsung oleh capres.
Lalu siapakah capres ideal menurut Jimly? "Ya gak tau. Pemilu saja belum, Belanda masih jauh," ujar dia.