REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bubarnya Badan Narkotika Provinsi (BNP), ternyata berdampak pada peningkatan jumlah kasus narkoba. Wakil Gubernur Jabar yang juga mantan ketua BNP Jabar Dede Yusuf menjelaskan, setelah BNP bubar, kasus narkoba di Jabar mengalami peningkatan.
Padahal, selama empat tahun bertugas BNP telah berhasil menekan jumlah kasus narkoba di Jabar. Yakni, dari 6 ribu kasus menjadi 1.800 kasus. Oleh karena itu, Dede meminta beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) di Jabar membuat program penanggulangan narkoba.
‘’Saya kira harus ada lagi follow up BNN di bawahnya. Yakni, melalui Dinas sosial, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Kita harus perang lagi terhadap narkoba dan butuh perhatian khusus,’’ ujar Dede kepada wartawan akhir pekan lalu.
Menurut Dede, setelah masa jabatannya berakhir nanti, Ia akan menitipkan masalah penanggulangan narkoba ini pada pejabat baru Pemprov Jabar. Karena, saat BNP masih ada, berhasil menurunkan peringkat narkoba Jabar. Yakni, dari peringkat kedua menjadi ke enam.
"Saya denger kasus narkoba di Jabar naik lagi. Kan satu tahun tidak saya pegang. Cuma saya tidak tau pastinya berapa kenaikannya,’’ katanya.
Dede menjelaskan, kasus narkoba di Jabar naik karena dengan dibubarkannya BNP Jabar maka tidak ada anggaran lagi. Selain itu, BNP sudah berubah menjadi BNN Provinsi jadi koordinasinya hanya dengan polisi tidak dengan pemerintah daerah. Berbagai program yang dulu telah dibuat BNP, tidak bisa diteruskan lagi.