REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Pol-Treking Institute Hanta Yuda mengatakan Joko Widodo memiliki magnet keterpilihan yang kuat sehingga potensial mendongkrak suara pasangannya apabila dicalonkan dalam Pemilu Presiden 2014.
"Jokowi fenomenal, bisa dipasangkan pada siapa pun karena potensial bagi pasangannya sehingga mampu mendongkrak suara karena magnet elektoralnya sangat kuat," kata Hanta Yuda di Gedung KPU, Jakarta, Rabu.
Hanta mengatakan apabila PDI Perjuangan bisa menggunakan potensi itu maka partai tersebut akan diuntungkan. Namun, lanjut dia, tergantung pada keputusan Megawati Soekarnoputri apakah akan mencalonkan Jokowi sebagai capres dari partai tersebut atau tidak.
"Apakah dia (Megawati) akan melepas Jokowi jadi capres dari PDIP, dipasangkan menjadi cawapresnya, atau tidak ada kesempatan bagi Jokowi. PDIP perlu membuka ruang agar regenerasi berjalan," ujarnya.
Dia mengakui bahwa Jokowi baru menjabat Guburnur DKI Jakarta, namun jika publik menginginkannya maju dalam Pilpres 2014 maka dia tidak bisa menolak.
Menurut Hanta, menyelesaikan masalah di Jakarta penting, tetapi menyelamatkan negara jauh lebih penting, karena untuk persoalan ibu kota ada wakil gubernur yang menggantikannya. "Ini persoalan dukungan publik, saya tidak bisa katakan Jokowi layak atau tidak, ini kan dari tren publik elektabilitasnya terus naik," katanya.
Dia mengatakan tahun 2014 merupakan momentum yang tepat bagi Jokowi untuk maju dalam Pilpres. Karena menurut dia dalam politik, momentum tidak muncul dua kali dan tahun 2019 akan muncul tokoh baru.
Hal senada juga berulang kali diungkapkan Jeffrie Geovanie, board of advisor Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Menurut dia, Jokowi hanya akan menjadi Presiden RI bila mencalonkan pada Pilpres 2014. ''Setelah itu momentum akan berpindah pada figur baru,'' ujar Jeffrie.
Kemenangan dalam pemilihan, kata Jeffrie, seringkali disebut sebagai upaya cerdas memanfaatkan momentum. Menurut dia, momentum bisa dikaitkan dengan “bandwagon effect”, yakni fenomena perilaku pemilih yang akan memilih calon yang dipilih oleh suara mayoritas (misal berdasar hasil survey).
''Kecenderungan pilihan akan diperkuat lagi dengan adanya dukungan informasi positif kandidat tersebut dari berbagai media cetak ataupun elektronik dan juga dari mulut ke mulut,'' tuturnya.
Fenomena Jokowi untuk Pilpres 2014, tutur Jeffrie, bisa dijelaskan dengan konsep "bandwagon effect." Menurut Jeffrie, figur Jokowi tak hanya berpeluang untuk memenangkan Pilpres 2014, namun "Jokowi effect" juga berpeluang besar mengantarkan PDIP sebagai pemenang Pemilu 2014.