Kamis 02 May 2013 06:16 WIB

'Banyak Biaya Siluman, Kesejahteraan Buruh Berkurang'

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Djibril Muhammad
  Ribuan buruh berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau yang biasa disebut 'May Day' di jalan MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (1/5).   (Republika/Yasin Habibi)
Ribuan buruh berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau yang biasa disebut 'May Day' di jalan MH. Thamrin, Jakarta, Rabu (1/5). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Pengamat Budaya dan Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menegaskan demo buruh sebenarnya menunjukkan masih belum sempurnanya dialog dan kebijakan yang diharapkan para buruh.

Devie mengatakan, bila berbagai tuntutan yang diajukan para buruh sudah ditindaklanjuti secara optimal, sudah barang tentu, May Day tidak akan diperingati dengan aksi besar-besaran. "Jika sudah terpenuhi, peringatan May Day tidak akan besar-besaran," katanya, kepada Republika, Rabu (1/5).

Menurut Devie, di sinilah peran pemerintah seharusnya hadir. Peran tersebut harus dilakukan secara nyata bukan hanya melakukan imbauan atau memediasi dialog.

Pemerintah secara serius melakukan pembersihan birokrasi hitam yang membuat dunia usaha terbebani biaya-biaya siluman yang membuat produksi menjadi tidak efisien.

Devie melanjutkan, karena banyaknya biaya siluman kesejahteraan buruh jadi berkurang. Padahal, biaya tersebut dapat dialihkan untuk perbaikan kesejahteraan buruh itu sendiri. "Ini hasil banyaknya biaya siluman," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement