REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Keputusan pemerintah untuk menjadikan Hari Buruh Internasional (1/5) mengundang reaksi sebagian pihak. Pengamat Budaya dan Komunikasi Devie Rahmawati mengatakan, keputusan tersebut bukti pemerintah tidak serius.
Devie melanjutkan, hari libur 1 Mei hanya sekedar menyuntikkan paracetamol -- menurunkan panas sementara, tapi tidak menyembuhkan penyakit utama -- bagi publik.
''Ini bukti pemerintah tidak serius dengan keputusan 1 Mei jadi libur nasional,'' katanya kepada Republika, Rabu (1/5)
Menurut Devie, pemerintah tidak serius menyelesaikan persoalan struktural hubungan industri. Bayangkan hanya untuk menyenangkan ''publik kota besar'', pemerintah memberikan hadiah libur nasional.
Namun, tidak ada obat untuk permasalah buruh. Padahal buruh dan pengusaha butuh penyelesaian tersebut untuk membangun iklim produksi yang menguntungkan pengusaha sekaligus mensejahterakan buruh.