REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerajaan Arab Saudi menyatakan minatnya untuk berinvestasi di bidang pertanian di Indonesia. Sebagai tindak lanjut, dilakukan kerja sama pembangunan pengolahan (refinery) minyak kelapa sawit. Arab Saudi pun siap membangun pabrik pengolahan, baik di Indonesia mau pun di negaranya sendiri.
"Arab Saudi bahkan sudah menyiapkan lokasi pabrik di kawasan industri di Yanbu," jelas Mentan Suswono dalam siaran persnya, Senin (29/4).
Mentan mengungkapkan, rencana investasi Kerajaan Arab Saudi itu tercetus usai kunjungannya ke tiga negara. Yakni Sudan, Tunisia, dan Rab Saudi pada 21-26 April lalu. Menurutnya keinginan pihak itu disampaikan langsung Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Arab Saudi Mohammed M Bin Siddiq.
Selain refinery minyak sawit, Saudi Arabia juga ingin berinvestasi di bidang tanaman pangan. Khususnya budi daya padi. Arab Saudi ingin mengembangkan padi untuk beras jenis Basmati. "Arab Saudi masih tetap berkeinginan untuk memperoleh lahan yang potensial di Indonesia," ujar Suswono.
Ia pun menyambut baik minat pengusaha dan pemerintah Arab Saudi untuk berinvestasi di bidang pertanian di Indonesia. Namun ada kendala keterbatasan lahan yang dimiliki Indonesia untuk pencetakan sawah. "Saat ini saja untuk kebutuhan dalam negeri kita menghadapi kendala lahan untuk mencetak sawah baru," kata Suswono.
Namun pemerintah Sudan melalui Mentan dan Irigasi Abdul Halim Ismail Al Mutaafi menawarkan lahan seluas 80 ribu hektare di White Nile kepada Indonesia untuk lahan persawahan. White Nile merupakan daerah pertanian di Sudan yang terletak di tepi Sungai Nil. Dengan demikian, kata Suswono, dapat dijalin kerja sama trilateral untuk pengembangan padi untuk beras jenis Basmati ini.
"Jadi yang menyediakan lahan Sudan. Teknologi budidaya dan produksi menjadi tanggung jawab Indonesia. Sementara pihak Arab Saudi menyediakan dana investasinya," terang Suswono.