Senin 29 Apr 2013 14:36 WIB

‘Mayoritas Dana Kampanye Berasal dari Eksploitasi’

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: A.Syalaby Ichsan
Bendera partai politik. Ilustrasi
Foto: Republika
Bendera partai politik. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad mengatakan, hampir seluruh dana kampanye untuk  pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) dan pemilihan anggota legislatif mengandalkan uang dari eksploitasi sumber daya alam (SDA). 

Ini terlihat berdasarkan data Majalah Forbes 2012. Terdapat 40 orang terkaya di Indonesia, dananya mengalir ke orang-orang yang masuk menjadi fungsionaris parpol atau langsung kepada parpol.

Orang-orang terkaya di Indonesia ini, ujar Chalid, diuntungkan oleh sistem politik yang ada saat ini. “Mereka ingin melanggengkan sistem politik ini dengan membiayai proses politik, termasuk kampanye,” ujarnya, di Jakarta, Senin, (29/4).

Ketua umum parpol maupun fungsionaris parpol, terang Chalid, banyak yang terlibat dalam eksploitasi hutan, perkebunan, tambang, dan laut. Ini terlihat dari fenomena setiap ada pemilukada, selalu diikuti dengan naiknya izin eksploitasi SDA. “Perizinan tambang semakin banyak setiap menjelang pemilukada,” terangnya.

Dari  enam parpol, ujar Chalid,  Partai Golkar merupakan partai yang pengurusnya paling banyak terlibat dalam eksploitasi SDA. Posisi teratas dalam mengeksploitasi SDA adalah Abu Rizal Bakrie. Sementara di PDIP terdapat Effendi Simbolon, Ahmad Basarah. 

Di Gerindra, kata Chalid, Prabowo dan Fadli Zon terlibat dalam pertambangan. Hampir  di seluruh parpol terdapat  pengusaha-pengusaha  yang melakukan eksploitasi SDA. Mereka penyumbang biaya politik terbesar. 

Maka tidak mengherankan  jika kebijakan yang dibuat oleh anggota DPR menguntungkan kepentingan pemilik modal, bukan rakyat Indonesia. Sebab, ujarnya, pemilik modal yang memberikan dana kampanye bagi pemenangan pemilu.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement