Sabtu 27 Apr 2013 22:52 WIB

Perjuangan Relawan Mer-C Dirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Rep: Hannan Putra/ Red: Hazliansyah
Relawan MER-C dan para pekerja tengah melakukan pengecoran lantai tiga bangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza, di Jalur Gaza, Palestina, Selasa (20/3). (Doc MER-C)
Relawan MER-C dan para pekerja tengah melakukan pengecoran lantai tiga bangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza, di Jalur Gaza, Palestina, Selasa (20/3). (Doc MER-C)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang dirintis Tim relawan Mer-C ternyata tak semudah yang dibayangkan. Bahkan relawan Indonesia hampir saja putus asa menghadapi berbagai rintangan yang ada.

Salah satu rintangan yang terberat adalah menempuh birokrasi di Palestina. Hal itu dikemukakan salah seorang relawan Mer-C, Nur Ikhwan yang baru saja kembali dari Palestina, di Kantor Pusat Mersi, Sabtu (27/4).

Pada kesempatan itu Ikhwan berkisah pengalamannya selama 2,5 tahun di Palestina.

Ikhwan mengatakan, kala itu ia bersama relawan lainnya sudah berencana untuk kembali ke Indonesia jika kementrian kesehatan Palestina tidak juga memberikan izin proyek rumah sakit mereka.

Ikhwan mengatakan, kementerian kesehatan Palestina menginginkan desain rumah sakit diubah sesuai keinginan mereka. Mereka berkeinginan, gambar tersebut diputar posisinya dan diulangi lagi modelnya.

"Jadi setiap mendirikan bangunan, gambarnya harus disetujui oleh persatuan engineer (insinyur) setempat," papar Ikhwan. "Kita udah maksimal. Kita udah tawakal saja," tambah Ikhwan.

Ketika sudah berusaha semaksimal mungkin dan mereka bertawakal, saat itulah Allah membukakan jalan bagi mereka.  Saat gambar rumah sakit mereka dibawa ke tempat persatuan insinyur tersebut. Disanalah Allah membukakan jalan. Ternyata para insinyur tersebut langsung setuju dengan gambar mereka.

"Ini gambar udah oke, Bismillah jalan," kata Ikhwan meniru jawaban dari persatuan insinyur tersebut.

Akhirnya, proyek mereka berhasil dan mulai di eksekusi pembangunannya. Namun kementrian kesehatan tidak melepaskan mereka begitu saja. Proyek senilai 30 miliar itu terus dipantau.

"Setelah dua minggu kita kerjakan, kita diundang rapat lagi. Mereka bertanya, sudah sampai dimana pembangunannya? Mereka kaget karena kita ternyata sudah mempersiapkan semuanya," papar Ikhwan.

Namun hambatan tidak sampai di situ. Pihak Kementrian Kesehatan Palestina merasa ditinggalkan oleh Tim Mer-c. Pihak kemudian akhirnya mengirim satu orang untuk memantau segala hal yang berkaitan dengan pembangunan rumah sakit.

"Mereka minta, segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah sakit tolong mereka dikasih tahu. Mereka juga mengirim satu orang untuk mengawasi kita," jelas Ikhwan.

Namun kini semua perjuangan mereka terbayar. Rumah sakit Indonesia di Gaza sudah memasuki tahap akhir. Terlebih, selama dua tahun pembangunan rumah sakit tersebut mereka mendapat bantuan dari warga sekitar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement