REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Industri pariwisata sudah jamaknya diyakini menjadi salah satu sektor penting dalam menunjang perekonomian suatu bangsa. Namun, di balik semua itu dituntut musti terbebas dari bahaya ancaman terorisme. Hingga saat ini, aksi terorisme masih saja menjadi ancaman serius di sejumlah negara, termasuk di kawasan Asia Pasifik.
Terkait hal ini, Deputi Kerjasama Luar Negeri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Hari Purwanto, menyatakan, setiap negara harus bisa menjamin, bahwa industri pariwisata di Asia Pasifik selain lebih mudah dan cepat, juga aman dan nyaman.
''Kita harus bisa menjamin atau mengupayakan industri pariwisata di Asia Pasifik lebih mudah, aman, cepat, dan nyaman. Ini karena, ancaman terorisme masih real,'' ujarnya dalam rangkaian Pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Tourism Working Group ke-42 di Novotel Hotel Solo, 23-26 April 2013.
Menyikapi upaya penanggulangan terorisme, ujar Hari Purwanto, setiap negara anggota APEC diharapkan bisa berperan aktif dalam menjamin keamanan wilayahnya. Di antaranya, dengan memitigasi upaya-upaya yang berpotensi menyebabkan tindak terorisme.
Berdasarkan data yang ada, terdapat sepuluh anggota ekonomi APEC yang merupakan pasar utama Indonesia. Di antaranya, Singapura, Malaysia, Australia, Cina, Jepang, Korea, Filipina, dan Rusia. Adapun dari sepuluh anggota itu, tercatat ada tiga anggota ekonomi APEC dengan angka pertumbuhan tertinggi, yakni Cina, Filipina dan Malaysia.