REPUBLIKA.CO.ID, NGAMPRAH -- Kurangnya kader posyandu menyumbang tingginya angka gizi buruk balita di Indonesia. "Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan para kader," ujar Direktur Eksekutif International Pharmacheutical Manufacturers Group (IPMG), Parulian Simanjuntak dalam Festival Posyandu di Cihampelas, Kamis (25/4).
Parulian menilai keterbatasan tersebut berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat yang tidak maksimal. Karena itu, pihaknya peduli untuk meningkatkan kualitas kader posyandu sebagai salah satu kunci peningkatan gizi balita.
Program penguatan posyandu yang dilaksanakan mulai Juni 2012 dengan melibatkan 33 posyandu tersebut, menunjukkan partisipasi masyarakat yang meningkat. Di Desa Singajaya, keterlibatan masyarakat meningkat dari 66,6 persen pada Januari menjadi 84,3 persen pada Maret 2013.
Menurutnya, tren tersebut juga terjadi pada wilayah yang menjadi fokus program pemberdayaan posyandu.
Selain itu, melalui program penguatan posyandu yang merupakan komitmen IPMG bekerja sama dengan Yayasan Solidaritas Masyarakat Anak (Semak) dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat diharapkan akan menjadi proyek percontohan nasional.
Yaitu dengan meningkatkan pemahaman mengenai gizi melalu skema pemberian penyuluhan kepada kader (train the trainers). Termasuk meningkatkan kapasitas warga untuk mendirikan dan mengelola kegiatan pendidikan bagi balita.
Bupati Kabupaten Bandung Barat, Abu Bakar mengatakan posyandu merupakan upaya integral untuk mengentaskan kekurangan gizi. Sebab, posyandu merupakan instrumen yang paling mendasar dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat.
"Khususnya dalam konteks pencegahan malnutrisi pada bayi dan balita," katanya menjelaskan.
Oleh sebab itu, posyandu yang berperan maksimal diharapkan dapat mencegah terkait upaya mengentaskan malnutrisi dapat berjalan lebih efektif. Riset kesehatan dasar 2010 menunjukkan tingkat prevalensi kekurangan gizi penduduk Indonesia menurun dari 18,4 persen menjadi 17,9 persen dibanding 2007.
Festival posyandu juga diharapkan dapat mendorong diterapkannya menu makanan sehat lokal hasil temuan kader posyandu dan memperkenalkan praktek inisiasi menyusui dini dan ASI ekslusif. Selain itu, posyandu juga menjadi pusat pendidikan anak usia dini (PAUD).
Para kader dan anggota masyarakat sebagai unsur terpenting mampu dalam proses identifikasi masalah, riset perencanaan hingga evaluasi. Sehingga, selain pengetahuan, pengalaman dan kemampuan menyelesaikan masalah maupun mengelola kegiatan meningkat. karena itu, program akan berujung pada peningkatan gizi masyarakat.