REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG — Sekelompok teroris menguasai Pusat Reaktor Nuklir dan meledakan dua buah bom di lingkungan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia (Puspiptek) Serpong, Tangerang Selatan pada Selasa (23/4).
Setelahnya, mereka lalu menyandera seluruh ahli nuklir Indonesia yang sedang melakukan penelitian di lokasi tersebut. Bom yang diledakan kemudian menyebabkan kebocoran radioaktif berbahaya di sekitar lokasi kejadian.
Tim antiteror Polri kemudian mendatangi lokasi. Tak ayal, terjadi saling tembak antara polisi dengan teroris yang juga membekali diri dengan senjata otomatis laras panjang ini.
Satu jam berselang, kelompok teroris yang diketahui berjumlah enam orang ini berhasil dilumpuhkan. Sesaat setelah penggerebekan Porli, TNI dan pemadam kebakaran bahu membahu menangani lokasi yang telah terbakar.
Tak hanya itu, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pun dilibatkan guna meredam bahaya bocornya radio aktif akibat ledakan bom. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Sebab, rangkaian peristiwa di atas hanya merupakan simulasi dari pelatihan penanganan terorisme yang dilakukan seluruh pihak antiteror Indonesia. BNPT bersama Polri, dan TNI menggandeng BATAN serta Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dalam melakukan simulasi tersebut.
Koordinator Simulasi BNPT, Mayor CZI Robert Eryanto mengatakan, simulasi di wilayah proyek reaktor nuklir ini sengaja dilakukan. Seba, menurutnya, tak pernah ada jaminan di mana dan pada siapa teroris akan melakukan aksi terorisme.
Ia melanjutkan, sebagai objek paling berbahaya bila terkena ledakan, lokasi yang menyimpan banyak muatan nuklir perlu melaksanakan simulasi serang teroris semacam ini.
"Terorisme bisa terjadi di mana dan kapan saja. Termasuk di sini, kontaminasi radioaktif amat berbahaya sehingga simulasi seperti ini sangat bermanfaat," kata dia usai kegiatan simulasi yang melibatkan ratusan personel keamanan ini.
Robert menambahkan, dalam kegiatan pengamanan lokasi nuklir diperlukan intelegensi tingkat tinggi. Sehingga pelatihan rutin semacam ini perlu terus digalakan. "Ini melibatkan tiga ratus personel. Memang perlu banyak petugas yang terlibat agar fatal condition (kondisi terburuk) tidak terjadi," ujarnya.
Dalam kegiatan ini sendiri taktik petugas diupayakan untuk efektif dan efisien. Kurang dari dua jam, pengamanan terhadap aksi terorisme sangat dianjurkan telah selesai.
"International Atomic Energi Association (IAEA) juga dilibatkan agar kesalahan pada penanganan tempat nuklit tidak keliru," ujarnya.
Kepala BNPT Ansyad Mbai mengatakan, dalam praktik menghentikan aksi terorisme semacam ini diperlukan ketegasan dalam mengambil keputusan. Demikian juga dalam hal melumpuhkan para teroris yang sangat berbahaya dan nekat kala memegang senjata api serta bom.
Petugas diminta lekas dan berani mengambil sikap yang cepat ketika berhadapan dengan kelompok teroris. "Mereka (teroris) tidak bisa kita elus-eluls, harus tegas," kata purnawirawan jenderal bintang dua di tubuh Polri ini.