Selasa 23 Apr 2013 17:24 WIB

Toleransi dan Perbankan Islam Indonesia Jadi Rujukan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Citra Listya Rini
Menteri Agama Suryadharma Ali
Foto: Republika/Yasin Habibi
Menteri Agama Suryadharma Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap toleransi dan kekuatan ekonomi perbankan Islam Indonesia diharapkan menjadi rujukan dalam Konferensi Internasional Peradaban Islam dan Perdamaian Dunia yang digelar di Jakarta, Selasa (23/4).

Konferensi Internasional Islam ini mengikutsertakan 19 delegasi dari beberapa negara dunia, seperti Yordania, Brunei Darussalam, Papua Nugini, Jepang, Taiwan, Palestina, Russia, Kamboja, Vietnam, Singapura, Sudan, Malaysia, Serbia, Turki, Inggris, Mesir, Thailand dan Timor Leste.

Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali usai pembukaan Konferensi Internasional Peradaban Islam dan Perdamaian Dunia, berharap Indonesia dengan budaya toleransi beragama dan perkembangan ekonomi Islamnya, dapat menjadi rujukan bagi negara dunia.

"Indonesia memiliki modal untuk mengajarkan toleransi  dan menciptakan perdamaian serta mengembangkan perbankan Islam," kata Suryadharma kepada wartawan di Jakarta, Selasa (23/4).

Dalam pengembangan ekonomi Islam, Indonesia saat ini sudah menjadikan wakaf tunai, yakni wakaf selain harta tak bergerak sebagai andalan.

Suryadharma berharap dengan toleransi dalam pesan perdamaian dan kekuatan ekonomi umat ini dapat kembali menghidupkan peradaban Islam yang dulu sempat hilang dan pernah menjadi kiblat peradaban dunia.

Mantan Menteri Wakaf dan Urusan Islam Kerajaan Yordania Abdul Salam Al Abbadi, yang juga sebagai pemrakarsa Konferensi Internasional ini ikut mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan Indonesia dalam menjaga toleransi dan  keberagamaan.

Ia menegaskan Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara Islam lain untuk menyampaikan bagaimana toleransi agar perdamaian itu dapat terwujud. “Kita semua berkewajiban menyebarkan risalah Islamiyah yaitu menyebarkan perdamaian,” ujar Al Abbadi.

Hal senada disampaikan delegasi dari negara Sudan, Abdul Karim Ahmad. Karim yang juga menjabat sebagai Anggota Dewan Kota di Pemerintahan Ibu Kota Khartoum mengatakan, walaupun karakter di Sudan dan Indonesia ada perbedaan.

Akan tetapi keberagaman di Indonesia, bisa menjadi contoh bagaimana seharusnya Sudan mengembangkan toleransi dalam keberagaman yang kami miliki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement