REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Soeprapto, mengatakan maraknya kasus pelecehan seksual dan perkosaan akhir-akhir ini akibat lemahnya kontrol sosial baik di keluarga maupun masyarakat.
"Teknologi informasi memang sangat terbuka sehingga banyak orang bisa melihat tontonan yang belum semestinya dengan bebas. Namun itu sebenarnya netral asalkan kontrol sosial kita kuat," ujarnya, Kamis (18/4).
Menurutnya, meskipun teknologi informasi sedemikian terbuka, namun jika pembekalan nilai sosial budaya dalam keluarga dan masyarakat kuat maka fenomena tersebut bisa diminimalisir. Namun kontrol sosial dalam keluarga maupun masyarakat saat ini sangat rendah. Keluarga sibuk dengan urusan masing-masing sehingga kontrol sosial terhadap anggota keluarga lemah. Begitu juga dimasyarakat.
Ke depan kata dia, dibutuhkan langkah konkret untuk antisipasi merebaknya gejala sosial ini. Salah satunya adalah menguatkan kembali kontrol sosial mengintegrasikan lima lembaga sosial dalam dalam masyarakat. Kelima lembaga ini adalah pertama lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga ekonomi, dan lembaga politik.
"Lembaga ekonomi misalnya jangan hanya berpikiran asal laku, namun kontrol keluarganya dan agama lemah. Ini contohnya adalah kos-kosan," katanya. Lembaga pendidikan kata dia, jangan hanya menerapkan kurikulum tanpa landasan moral keagamaan dan begitu sebaliknya. Kelima lembaga ini harus diintegrasikan satu sama lainnya dan berkaitan.