REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksanaan ujian nasional (UN) dinilai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay tidak berdampak bagi peningkatan kualitas peserta didik.
Sebab, UN justru mendorong ketidakjujuran di kalangan lembaga-lembaga pendidikan dan juga para peserta didik. Karena takut siswanya tidak lulus UN, banyak sekolah terdorong bermain curang dengan memberikan jawaban kepada para siswanya.
"Kalau ada 20 siswa yang tidak lulus, citra sekolah menjadi turun. Agar citra bisa dipertahankan, pihak sekolah seringkali mencari jalan pintas. Para siswa telah dibekali jawaban satu hari sebelum UN dilaksanakan," tuturnya di Jakarta, Rabu (17/4).
Di samping itu, Saleh juga menilai pelaksanaan UN menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Anggaran besar itu harus dikeluarkan secara reguler setiap tahun.
"Padahal, jika evaluasi akhir siswa dipercayakan kepada pihak sekolah, banyak program lain yang bisa dilaksanakan dengan mempergunakan anggaran UN," katanya.
Saleh mengatakan, dari sejumlah penelitian yang dilakukan, UN dinyatakan bukan instrumen evaluasi pendidikan yang baik. Karena itu, Kemendikbud diminta untuk segera menghentikan program yang mubazir tersebut.