REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak akhir Maret 2013 kasus Flu Burung (H5N1) mulai muncul lagi, tetapi bukan pada itik, melainkan ayam buras (ayam kampung).
''Meskipun demikian kasusnya tidak terlalu banyak. Minggu ini hanya ada 20 kematian pada ayam buras dan kebanyakan di Bantul, sedangkan di kota Yogyakarta hanya ada dua kematian ayam buras. Sementara di kabupaten lain (Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul) belum ada laporan,'' kata Koordinator Local Disease Control Center (LDCC) Dinas Pertanian DIY Tri Wahana, Rabu (17/4).
Menurut Tri, sejak akhir Maret semua kasus kematian yang dilaporkan hanya terjadi pada ayam buras. Dia menambahkan, tidak semua kasus kematian pada ayam saat di-rapid test, hasilnya positif H5N1. Meski pun demikian, pihaknya selalu mewaspadai sebagai Flu Burung. Sehingga SOP (Standard Operational Procedure) selalu menggunakan SOP kasus Flu Burung, karena gejalanya sama dengan kasus Flu Burung.
''Hal ini untuk mengantisipasi supaya bila terjadi kasus yang ganas Flu Burung penanganannya sudah sesuai dengan SOP,'' tuturnya. Lebih lanjut dia mengungkapkan hasil rapid test yang negatif kemungkinan karena kasusnya tergolong Low patogen AI (Avian Influenza).
''Karena uji cepat atau rapid test yang kami punya hanya ditoleransikan untuk ayam buras dengan indikator satu juta partikel. Sehingga kalau di bawah satu juta partikel hasilnya masih negatif," katanya. Dia memastikan kasus Flu Burung itu masih strain H5N1. Kebanyakan kematian mendadak pada ayam tersebut karena baru dibeli dari pasar. Jadi tertularnya kemungkinan besar di pasar.