REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jawa Barat (Jabar) tergolong provinsi yang kaya akan kerajinan. Sejumlah produk kerajinan, bahkan sudah diekspor ke luar negeri seperti Kelom Geulis Tasikmalaya, Batik khas Cirebon dan lainnya.
Namun, Ketua Pelaksana Komite Pengembangan Ekonomi Kreatif Jabar, Ridwan Kamil menilai, potensi kerajinan di Jabar hingga saat ini belum tergali maksimal. Hal tersebut terjadi, akibat minimnya dukungan infrastruktur tempat dan permodalan.
"Mungkin hanya 50 persen potensi kerjinan di Jawa Barat yang sudah terangkat sedangkan sisanya masih harus digali lagi," ujar Ridwan kepada wartawan, Senin (15/4).
Ridwan mengatakan, kerajinan menjadi salah satu sektor dari industri kreatif. Sektor tersebut perlu dikembangkan karena mampu menggerakan perekonomian masyarakat.
Apalagi, kerajinan di Jabar memiliki ciri khas dibandingkan daerah lainnya. Jutaan karya kerajinan tersebut juga, sangat layak jual. "Masing-masing daerah di Jabar juga punya keunikan masing-masing," katanya.
Menurut Ridwan, potensi besar kerajinan seakan sirna karena kurang mendapat sentuhan kreatifitas. Tema tradisional, perlu dikemas dengan suasana modern untuk menarik konsumen.
Selain itu, kata dia, pengrajin perlu diberikan wilayah khusus untuk melakukan kegiatan produksi. Hasil karya pengrajin juga, perlu dipamerkan dalam sebuah tempat spesial agar terkesan lebih eksklusif.
Melihat kondisi tersebut, Ridwan berharap pemerintah mau memberikan perhatian khusus kepada sektor kerajinan Jabar. Selain infrastruktur, para pengrajin juga membutuhkan dukungan permodalan.
"Keberadaan Gedung Dekranasda sangat bermanfaat untuk memamerkan hasil karya pengrajin kerajinan dan untuk meningkatkan penetrasi pasar," katanya.
Sementara menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Ferry Sofwan, kerajinan asal Jabar sangat diminati konsumen dari luar negeri. Karena itu, fokus pasar kerajinan perlu berorientasi ekspor.
Menurut Ferry, kerajinan yang cukup diminati masyarakat diantaranya Jaket Kulit asal Garut, dan anyaman dari Tasikmalaya. Namun, hingga saat ini pasar ekspor belum tergarap maksimal. Karena, masih banyak pelaku yang belum mendapat lisensi eskpor.
Selain itu, kata dia, hasil karya kerajinan Jabar yang berorientasi ekspor malah dibeli pelaku bisnis dari Bali dan Yogyakarta. Para pelaku tersebut lantas mengklaim karya itu sebagai asli Bali dan Yogyakarta.
Akibatnya, nilai ekspor kerajinan Jabar menjadi terkesan sangat kecil karena tidak terdata. "Ke depannya akan kami dorong supaya mereka punya sertifikat ekspor," kata Ferry.