REPUBLIKA.CO.ID,NGAWI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ngawi mencatat hingga Selasa sore empat dari 12 kecamatan masih dilanda banjir akibat luapan aliran sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.
"Hingga kini, banjir masih menggenangi sejumlah wilayah desa di empat wilayah kecamatan, di antaranya, Kecamatan Ngawi, Kwadungan, Pangkur, dan Geneng," ujar Kepala Pelaksana BPBD Ngawi Eko Heru Cahyono kepada wartawan, Selasa (9/4).
Menurut dia, ketinggian air di wilayah tersebut bervariasi mencapai 30 sentimeter hingga 70 sentimeter. Wilayah yang masih tergenang air antara lain adalah jalan-jalan dan area persawahan.
Pada Ahad (7/4) dan Senin (8/4), luapan Bengawan Solo dan Madiun dilaporkan menggenangi 42 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Ngawi. Kecamatan yang terendam air adalah Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Kasreman, Ngawi, Bringin, Karanganyar, Pitu, Padas, Geneng, Kedunggalar, dan Paron. Wilayah-wilayah ini dikenal sebagai daerah langganan banjir.
Meski banjir telah surut, BPBD mengimbau warga di wilayah rawan tersebut untuk waspada jika hujan deras terjadi dalam waktu yang lama.
Selain mewaspadai curah hujan yang tinggi, imbauan BPBD kepada warga agar tetap waspada juga karena tidak berfungsinya sejumlah alat peringatan dini banjir atau "Early Warning System (EWS)" di beberapa titik jembatan. Alat ini tidak bisa diandalkan untuk memberi peringatan.
"Seperti tiga EWS di Kwadungan yaitu di Jembatan Kendung, Jembatan Purwosari, dan Jembatan Simo, semuanya tidak menyala. Mengatasi itu, akhirnya kami memakai peringatan manual, yaitu menelepon perangkat desa untuk memberitahu kecepatan kenaikan tinggi air," terang dia.