REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Pangdam IV/Diponegoro, Hardiono Saroso tak sedikit pun menyesal dengan pernyataan gegabahnya terkait penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta.
Kala itu, ia langsung memberikan pernyataan tidak ada anak buahnya yang terlibat dalam kasus tersebut. Namun, hasil penyelidikan membuktikan sebaliknya.
Ia menekankan berani mempertanggungjawabkan ucapannya, termasuk jika nantinya ia disebut dalam pengadilan militer. "Tenang aja, tanggung jawab, berani berucap, berani bertanggung jawab. Yang jelas itu prajurit mati untuk pemimpin, pemimpin mati untuk prajurit," katanya, Selasa (9/4).
Ia menegaskan sebagai pemimpin harus rela mati membela anak buahnya. Sejak awal pun bahkan ketika evaluasi dilakukan oleh KSAD, ia mengaku sudah melapor dan menegaskan insiden tersebut menjadi tanggung jawabnya sebagai pemimpin.
Ia juga mengatakan sangat mencintai para prajurit. "Saya sayang betul anggota. Sayang betul. Gua harus mati buat prajuritnya. Saya sudah laporan: pak ini semua tanggung jawab saya," katanya tegas.