Senin 08 Apr 2013 22:55 WIB

Yogyakarta Waspada Flu Burung H7N9

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Djibril Muhammad
Para petugas kesehatan dengan seragam pelindung lengkap memusnahkan unggas di pasar Shanghai, setelah ditemukan strain virus H7N9 di Merpati.
Foto: REUTERS
Para petugas kesehatan dengan seragam pelindung lengkap memusnahkan unggas di pasar Shanghai, setelah ditemukan strain virus H7N9 di Merpati.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Dinas Pertanian DIY Sasongko mengaku sudah siap untuk mengantisipasi terhadap Avian Influenza (Flu Burung) strain H7N9. "Mudah-mudahan tidak sampai ke Yogyakarta khususnya dan Indonesia umumnya," katanya pada Republika, Senin (8/4).

Ia mengatakan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti PDSR (Participatory Disease Surveillence and Response) dan LDCC (Local Disease Control Center) Dinas Pertanian (Distan) DIY untuk  meningkatkan kewaspadaan.

"Meskipun belum mendapatkan surat resmi dari pemerintah pusat (red. Kementerian Pertanian), tetapi kami sudah mendengar adanya H7N9 yang berkembang di Cina dan Thailand, sehingga kami langsung mengumpulkan teman-teman. Kami minta kepada teman-teman di unit pelaksana teknis selalu komunikasi dengan pemerintah pusat untuk memantau  perkembangan H7N9," bebernya

Koordinator Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza (LDCC) Yogyakarta, Tri Wahono mengatakan sudah menerima pesan SMS dari teman-temannya di Kementerian Pertanian Jakarta tentang perlu kewaspadaan terhadap  H7N9.

"Tetapi kami belum menerima surat resmi dari pemerintah pusat. Untuk melakukan kewasspadaan, kami masih menggunakan protokol yang lama, karena belum ada protokol yang baru dari pusat," tuturnya kepada Republika.

Menurut dia, akhir-akhir belum ada kasus unggas di DIY yang mati mendadak. Laporan yang masuk merupakan kasus lama tetapi terlambat melaporkan. "Infomrasi terakhir empat hari yang lalu, ada laporan ayam mati tetapi ketika dicek negatif flu burung," katanya.

Peneliti Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta Waluyo yang dihubungi Republika melalui telepon selulernya mengaku sudah mendengar adanya H7N9 yang mulai berkembang di Cina dan sudah sampai di Thailand dan menyebabkan kematian pada unggas maupun manusia. 

Menurut dia, H7N9 itu masih satu rumpun Avian Influenza, sehingga gejalanya juga sama dengan H5N1. "Namun untuk mengujinya perlu reagen H7N9. Sementara yang dimiliki oleh BBV Wates baru H7N1 dan H9N2. Sehingga apabila  H7N9 masuk ke Indonesia, BBV Wates  harus segera order reagen H7N9. Tapi ini kan urusannya Kepala BBV Wates dan pemerintah pusat. Sedangkan saya hanya melaksanakan pengujian sampel," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement