REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peternak meminta pemerintah untuk siaga terhadap penularan virus flu burung strain baru H7N9. Berdasarkan pengalaman tahun 2003 dan 2008, Indonesia tertular virus flu burung melalui migrasi burung dari Utara ke Selatan.
"Melihat kasus sebelumnya, bulan-bulan ini waktunya burung migrasi," ujar Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Ade M Zulkarnaen, Senin (8/4). Meskipun masih harus dibuktikan, Ade menyarankan untuk mewaspadai hal ini.
Langkah pemerintah untuk menghentikan sementara impor produk unggas bukan satu-satunya cara untuk pencegahan yang efektif. Terlebih, kata dia, kasus flu burung terbesar di Indonesia penyebarannya berasal dari Cina. Pemerintah Indonesia langsung menghentikan produk bulu unggas segera setelah kasus ini merebak.
Selain itu, pemerintah perlu juga mengawasi jalur perdagangan ilegal. Selama ini telah ditemukan beberapa produk ayam impor, seperti ayam Lignan beredar luas di ritel modern. "Padahal pemerintah tidak pernah memberi izin pemasaran produk tersebut," ujarnya.
Penanganan flu burung yang diterapkan selama ini pun, lanjutnya, belum maksimal. Komite zoonosis yang telah ada, menurutnya, tidak lebih dari satu institusi ilmiah. Hal ini dibuktikan dengan tidak selesainya penelitian mengenai kasus-kasus flu burung sebelumnya. Bahkan vaksin guna menangkal flu burung clade 2.3.2 yang mewabah akhir tahun lalu pun belum selesai dibuat.