REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelecehan seksual terhadap anak perempuan semakin menjadi-jadi. Beraneka ragam cara atau modus untuk menarik perhatian korban pun semakin licin.
Modus menggunakan media sosial seperti Facebook kerap digunakan untuk menjerat korban. Fenomena terbaru pihak pemerkosa merupakan geng yang isinya kebanyakan juga masih anak-anak.
Ketua Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan, terakhir kejadian nahas itu menimpa ES (13 tahun). ES dan ibunya S (43 tahun) Sabtu (6/4) kemarin mengadu kepada Komnas PA terkait kasus yang menimpanya.
Arist menyebut fenomena jeratan media sosial ini sebagai 'asmara online.' Sebelumnya geng anak yang melakukannya bernama 'geng sidomuncul.' Belasan anggota geng itu memerkosa bergantian seorang siswi di Cijantung. Namun kini yang melakukan pelecehan bergilir 'geng strawberry.'
"Tren baru pemerkosa merupakan geng anak-anak," kata dia kepada Republika Ahad (7/4).
Pelaku, kata Arist, berkenalan dengan korban lewat Facebook. Setelah berhasil menarik perhatian korban untuk kopi darat, segera ia mengajak ke sebuah rumah di Gang Waru, Condet, Jakarta Timur. Korban dicekoki minuman keras dan langsung diperkosa secara bergantian oleh 10 orang.
Dari 87 kasus pelecehan seksual terhadap anak, ujar dia, 37 di antaranya berawal dari media sosial. Tren pemerkosa merupakan kelompok anak-anak juga meningkat.
Sebagai langkah antisipasi, Komnas PA akan meluncurkan Kelompok Kerja (Pokja PA) pada (21/4) nanti. Sebagai ikon antikejahatan seksual terhadap anak pihak Komnas PA akan menggandeng Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Selain memperingati hari Kartini, kata Arist, juga sebagai hari ulang tahun RI, siswi SD yang akhirnya meninggal diperkosa ayahnya di Cakung, Jakarta Timur. Pada hari itu, Komnas PA akan mengesahkan pendirian Pokja PA di Cakung, Ciracas, dan Kampung Tengah. Kesemua itu letaknya di Jakarta Timur.
"Hal ini karena di Jakarta Timur, pelecehan seksual sudah pada tahap mencemaskan," ujar dia.
Orang tua dan keluarga terdekat, imbau dia, harus ekstra perhatian terhadap kegiatan anaknya. Terutama terhadap anak-anak pada usia mencari jati diri. Yakni usia 12 sampai 14 tahun.
Menurut Arist, anak-anak usia tersebut rentan terhadap pengaruh orang lain. Ketidakseimbangan emosional pun berbahaya apabila dianggap kesempatan bagi para pelaku pelecehan seksual. Ketika dibujuk, lalu dibuat senang korban pun termakan jebakan pelaku.