REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Harga bawang merah dan bawang putih masih belum stabil. Padahal stok di pasar cukup banyak.
"Pedagang masih menjual stok lama dengan harga kulakan yang masih tinggi," kata Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran Disperindagkop dan UMKM (Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) DIY Eni Rosilawati kepada Republika, di Yogyakarta, Kamis (4/4).
"Hal itu dikarenakan pedagang masih menjual stok lama dan harga kulakan mereka masih tinggi. Apabila stok lama sudah habis, kami berharap harga bawang merah dan bawang putih cepat stabil," katanya menambahkan.
Karena itu pihaknya melakukan pemantauan harga setiap hari. Dari hasil pantauan Disperindagkop DIY di tiga pasar (Beringharjo, Kranggan dan Demangan) harga bawang merah hari ini Rp 47.500 per kilogram, sedangkan Rabu (3/4) kemarin harga bawang merah Rp 46.834 per kilogram.
Sementara itu harga bawang putih Kamis (4/4) Rp 37.667 per kilogram, sedangkan Rabu (3/4) harganya Rp 37.500 per kilogram. "Jadi harga bawang merah mengalami kenaikan Rp 166 per kilogram, sedangkan harga putih mengalami kenaikan Rp 167 per kilogram," katanya menjelaskan.
Menurut Rosi (panggilan akrab Eni Rosilawati), stok bawang merah di distributor sekitar 9 ton per minggu, sedangkan stok bawang putih sekitar 17 ton per minggu. Kebutuhan bawang merah dan bawang putih di DIY tersebut dikirim dari Solo dan Semarang.
Di samping harga bawang merah dan bawang putih yang meskipun sudah turun tetapi masih sekitar Rp 40 ribuan perkilogram, harga cabe rawit merah di DIY juga masih cukup tinggi dan terus naik.
Pada Rabu (3/4) harga cabe rawit merah Rp 41.334 per kilogram, sedangkan Kamis (4/4) harga cabe rawit merah sudah naik Rp 333 per kilogram yakni menjadi Rp 41.667 per kilogram.
Sedangkan harga cabe rawit hijau tak terlalu tinggi yakni dari Rp 15 ribu per kilogram (Rabu,3/4) menjadi Rp15.334 per kilogram (Kamis,4/4), cabe merah besar dari Rp 15.667 menjadi Rp 16 ribu, sedangkan harga cabe merah keriting dari Rp 15 ribu menjadi Rp 15.500.
Lebih lanjut Rosi mengungkapkan untuk cabe pasokannya dari produk lokal yakni DIY dan Jawa Tengah. Penyebab kenaikan cabe lebih disebabkan cuaca yang tidak menentu. "Tanaman cabe tidak kuat dengan genangan air, sehingga apabila musim hujan, produksi cabe tidak maksimal karena banyak yang busuk," tuturnya.