REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah sakit Islam memang sudah memiliki program dan personel untuk menggerakkan dakwah. Namun, kondisi tersebut masih belum banyak menyentuh rumah sakit umum.
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Suhada Bahri mengungkapkan, kegiatan dakwah di rumah sakit Islam dapat dikatakan aman. Sebab, pihak rumah sakit pasti sudah menyediakan tim dakwah minimal untuk pasien. Namun, di rumah sakit umum, masih banyak yang belum tersentuh.
Bahkan, kata Suhada, tak jarang ada penolakan dari pihak rumah sakit kalau ada utusan ustaz yang menawarkan diri berdakwah di rumah sakit umum. Saat ini, DDII sudah mengelola dakwah di lima rumah sakit umum di Jakarta, seperti Cipto Mangunkusumo, Pertamina, Persahabatan, Mitra. Keluarga dan Tarakan.
Menurut Suhada, dakwah di rumah sakit memang harus selalu dilakukan. Kondisinya, saat ini masih banyak rumah sakit yang kekurangan personel dakwah di rumah sakit. Baik rumah sakit Islam maupun umum. "Semakin banyak pasien, semakin banyak kebutuhan personel dakwah disana (RS)," kata Suhada pada ROL, Rabu (3/4).
Dakwah yang dilakukan di rumah sakit lebih pada penguatan spiritual pasien. Pasien didatangi, dinasehati hikmah dibalik sakit, serta diajak untuk berdoa memohon pada Allah. "Kalau sudah sakaratul maut, kita bantu membimbingnya," tambah Suhada.
DDII juga melatih perawat-perawat yang beragama Islam untuk menjadi pendakwah di rumah sakit yang belum ada program dakwah. Sebab, kalau dakwah di sebuah rumah sakit tidak memungkinkan dilakukan, maka jalan satu-satunya dengan melatih perawat menjadi juru dakwah bagi pasien.