REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Provinsi Jabar, masih kekurangan bidan cukup banyak untuk melayani semua masyarakat. Saat ini, jumlah bidan yang ada di Jabar sekitar 5.891 orang.
Idealnya, jumlah bidan di Jabar sekitar 16 ribu orang. Jadi, Provinsi Jabar masih kekurangan bidan sekitar 11 ribu orang. Selain jumlahnya yang belum ideal, bidan yang ada di Jabar pun belum merata.
Karena, di daerah terpencil, daerah tertinggal dan perbatasan masih banyak yang belum terlayani bidan. Jadi, ibu hamil mempercayakan proses kelahirannya ke paraji (dukun beranak).
‘’Di daerah yang sulit dijangkau misalnya Jabar Selatan, bidan masih sangat kurang. Karena kan aksesnya sulit,’’ ujar Kepala Bidang Regulasi Kebijakan Kesehatan Dinas Kesehatan Jabar, Endang Nursitas kepada wartawan di acara Seminar Nasional Kebidanan dengan Tema Bidan Sejuta cinta untuk Negeriku, Ahad (31/3).
Menurut Endang, di setiap desa harusnya ada sekitar 2 - 3 bidan. Agar bidan mau bertugas di desa. Dinkes Jabar memberikan insentif kepada bidan di daerah terpencil sejak 2011. Untuk 2013, insentif diberikan pada 103 bidan. Masing-masing, memperoleh uang sebesar Rp 1.700.000.
‘’Kami pun sudah memperpanjang kontrak bidan khususnya untuk mengisi tempat-tempat Puskesmas Poned (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) ,’’ katanya.
Endang mengaku, di daerah perbatasan dan sulit dijangkau memang tidak terlalu diminati bidan. Jadi, jumlah bidan di daerah tersebut belum terlalu banyak. Oleh karena itu, selain memberikan insentif, Pemprov Jabar membuat program menyekolahkan bidan agar bisa memberi pelayanan di daerah asalnya.
Program menyekolahkan bidan tersebut, kata dia, sudah selesai tahun lalu. Tahun ini, belum ada program lagi. Pada 2012, bidan yang disekolahkan sebanyak seribu orang. Yakni, 400 statusnya sudah PNS dan 600 orang dari masyarakat umum yang berasal dari 26 kabupaten/kota. ‘’Bidan yang disekolahkan, harus kembali ke daerah masing-masing setelah selesai kuliah,’’ katanya.