REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejahatan di Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman hampir sempurna. Meski ada adiguma bahwa setiap kejahatan pasti meninggalkan jejak, namun hal itu sepertinya sebuah perkecualian di kasus pembunuhan empat tersangka pembunuh anggota Kopassus Sertu Santoso.
“Perancangnya ini benar-benar sempurna. Crime never perfect (Kejahatan tak pernah sempurna), tapi ini crime almost perfect (kejahatan nyaris sempurna),” kata anggota Komisi I DPR Sidarto Danu Subroto di Jakarta, Ahad (31/3).
Menurut politisi PDI Perjuangan, Polri hendaknya cepat bergerak untuk mengusut kasus itu. Selain karena sedikitnya barang bukti, juga pelakunya sangat terlatih. Kalau senjata yang digunakan eksekutor itu dibuang, kata dia, maka barang bukti bisa hilang. Tentu dampaknya proses pengungkapan pelaku sulit dilakukan.
Mantan kepala Polda Jawa Barat itu berpendapat, kejahatan itu selalu tidak pernah sempurna. Selalu ada bukti yang tertinggal, dan penyidik bisa mengumpulkan segala bukti yang tertinggal di dalam penjara.
Meski pesimistis kasus itu bakal dituntaskan, Sidarto menagih komitmen Presiden SBY untuk turun tangan menyelesaikan peristiwa penyerangan Lapas. Kalau hal itu tidak dilakukan, pasti citra Indonesia di mata dunia bakal jelek.
Apalagi pemberitaan terkait kasus itu sudah dipublikasikan media internasional. Sehingga, jalan satu-satunya untuk memulihkan tudingan pelanggaran hukum luar biasa itu adalah menemukan pelakunya dan menyeretnya ke pengadilan.
“PDI Perjuangan akan mendesak, dibentuk Pansus kalau perlu,” katanya geram. “Begitu mudah Lapas dibobol. Wajah hukum Republik Indonesia bakal babak belur di dunia,” imbuhnya.