Rabu 27 Mar 2013 19:24 WIB

Polisi Masih Usut Biang Kebakaran Gedung Setneg

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
  Petugas berusaha memadamkan api kebakaran yang melanda lantai tiga Gedung Sekretariat Negara di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/3) sore.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petugas berusaha memadamkan api kebakaran yang melanda lantai tiga Gedung Sekretariat Negara di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/3) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Kepolisian Republik Indonesia (Polri) masih meneliti ragam elemen yang didapatkan dari Gedung Sekretaris Negara (Setneg) yang terbakar pada Kamis (21/3) lalu.

 

Polri mengatakan, tim Pusat Laboratorium dan Forensik (Puslabfor) masih harus menelaah sebelum mengetahui penyebab terbakarnya lantai tiga gedung yang berlokasi di komplek Istana Negara itu.

 

“Kami masih tunggu hasil pemeriksaan Puslabfor. Nanti setelah ada, akan kami rilis (publikasikan) ya,” ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Suhardi Alius kepada Republika, Rabu (27/3).

 

Suhardi mengatakan, sejauh ini informasi yang didapat Polri, tidak ada kerugian besar atas musibah yang terjadi di kantor Menteri Setneg Sudi Silalahi itu.

 

“Dokumen Negara aman, ruangan di lantai tiga memang ludes, karena banyak materi yang mudah terbakar seperti kayu-kayu dan karpet. Namun secara keseluruhan korban jiwa juga tidak ada,” kata dia.

 

Dihubungi terpisah pakar manajeman kebakaran asala Universitas Indonesia (UI), Fatma Lestari mengatakan, sudah saatnya Negara peduli betul pada musibah kebakaran ini.

 

Dia berujar, selain banjir, kebakaran menjadi momok musibah paling mengerikan dan sering terjadi di tanah air khususnya Jakarta. Dia menilai, hangusnya lantai tiga Gedung Setneg pun bisa menjadi peringatan keras bagi pemerintah untuk memandang serius sepak terjang si jago merah ini.

 

“Di Jakarta bila dirata-ratakan ada tiga kebakaran setiap harinya terjadi. Jumlah yang sangat parah dibanding Negara tetangga seperti Australia yang hanya lima kali saja, dalam setahun,” kata pengajar pengajar ilmu manajemen kebakaran dan sistem tanggap darurat di UI ini pada Republika Rabu.

 

Doktor jebolan University of New South Wales, Sidney Australia ini meminta agar pemerintah segera mengungkap penyebab dari kebakaran tersebut. Sehingga fakta betapa lambatnya penanganan kebakaran di Indonesia dapat terungkap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement