REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gerakan "earth hour" di Kota Semarang dipusatkan di Tugu Muda. Dalam kegiatan itu, aliran listrik di sejumlah tempat yang menjadi ikon Kota Semarang padam.
Koordinator gerakan "60+ earth hour", Jarir Juwaini saat ditemui di sela acara menyebutkan, selain Tugu Muda, sejumlah tempat yang dimatikan lampunya yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jalan Pemuda, dan Jalan Pahlawan.
Sejumlah gedung yang berada di Kawasan Tugu Muda seperti Gedung Pandanaran, rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, Gedung Lawang Sewu, dan Museum Manggala Bakti juga mati lampu selama satu jam.
Tidak hanya gedung, rambu lalu lintas di Kawasan Tugu Muda juga ikut dimatikan, sehingga menjadikan para pengguna jalan harus memperlambat laju kendaraannya.
Jarir mengatakan gerakan "60+ earth hour" diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan dapat lebih berhemat.
"Satu saklar yang dimatikan, maka akan ada sekian rupiah yang dapat dihemat dan dapat menekan laju pemanasan global," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, kegiatan yang dipusatkan di Tugu Muda tidak hanya diisi dengan simbolis mematikan saklar lampu, tetapi juga diisi gerakan menyalakan pelita, paduan suara, penampilan tarian Jawa, tarian Saman, dan pembacaan puisi.
"Ada 10 komunitas yang ikut mendukung acara ini dan sekitar 500-an volunteer yang ikut dalam acara ini," kata Jarir.
Mereka yang hadir dalam acara tersebut memegang lilin dan di antaranya ada yang membawa poster bertulis pentingnya gerakan "60+ earth hour" dan kampanye berhemat listrik dengan cara mematikannya saat tidak digunakan.