Rabu 20 Mar 2013 20:39 WIB

Pengamat: Pindah Pabrik Jangan di Jawa

Rep: Ilhami Rizqi Asyha/ Red: Dewi Mardiani
Salah satu kegiatan di sebuah pabrik tekstil di Indonesia.
Foto: zhie.student.umm.ac.id
Salah satu kegiatan di sebuah pabrik tekstil di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemerintah untuk memindahkan 100 pabrik tekstil di Jabodetabek ke daerah lain dikritik habis-habisan oleh pengamat tata ruang dan kota. Pasalnya, pemindahan dilakukan masih ke daerah Jawa, yaitu ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menurut Nirwono Joga, seorang pengamat tata ruang dan kota, pemindahan 100 pabrik tekstil dari daerah padat Jabodetabek sudah bagus, tapi jangan dipindahkan di pulau Jawa juga. “Pemerintah kan rencananya memindahkan ke luar pulau Jawa, ini kenapa masih di Jawa juga. Padahal alasan kenapa harus ke luar Jawa sudah jelas,” tegas Nirwono, Rabu (20/3).

Saat ini daerah pulau Jawa sudah terlalu padat. “Kalau ibaratnya sih, tanah, air dan udaranya sudah rusak, pencemaran di mana-mana. Harusnya dilakukan perbaikan lingkungan bukan malah ditambah pabrik baru,” ujarnya.

Sebenarnya, kata Nirwono, pemindahan kawasan pabrik tidak bisa dilakukan sembarangan, ada hal-hal dan syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat daerah yang bisa dibangun pabrik antara lain, kawasannya harus dekat dengan bahan baku dan banyak tenaga kerja, infrastruktur jalan yang memadai dan tidak menganggu tata ruang pemukiman, serta sistem transportasi yang mudah.

Ia juga menyarankan untuk para pemilik pabrik mulai memikirkan memakai kereta api dan pesawat untuk sistem distribusinya. Setelah syarat dipenuhi, ada aturan tata ruang dari provinsi dan kota tempat pabrik akan dibangun, dan harus lolos melewati kajian, termasuk peninjauan ulang lahan yang ditinggalkan oleh pabrik-pabrik itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement