REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismet Hasan Putro mengaku kecewa karena usulan untuk mendapatkan kuota impor daging sapi dan bawang putih tidak dipenuhi pemerintah.
"Kami sebagai perusahaan milik negara sangat kecewa, di tengah situasi krisis daging sapi dan bawang putih, pemerintah justru menyatakan kuota impor sudah habis," kata Ismet, saat berdialog dengan wartawan, di Gedung RNI, Jakarta, Rabu.
Menurut Ismet, instansi yang menangani masalah impor seharusnya lebih melihat kondisi yang sebenarnya terjaid di lapangan, tidak kaku dan birokratis. "BUMN merupakan perpanjangan tangan pemerintah tapi tidak dimanfaatkan untuk menjaga kestabilan harga di pasar. Pemerintah justru hanya memberikan impor kepada pihak swasta," tegas Ismet.
Ia menegaskan, kekecewaanya semakin memuncak ketika surat pengajuan impor bawang putih dilayangkan kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian tidak mendapat jawaban. "Kami sudah mengirim surat untuk impor sapi akhir Januari 2013, setelah itu kami juga memita izin impor bawang putih, tapi tidak direspon," ujarnya.
Padahal ia menambahkan, pengajuan impor tersebut sudah sesuai dengan instruksi Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk membantu pemerintah mengatasi krisis komoditi tersebut. Dalam usulannya, RNI akan mendatangkan sapi betina produktif sebanyak 25.000 ekor, sapi potong 60.000 ton, termasuk untuk impor bawang putih.
Namun usulan izin impor tersebut justru ditolak, dengan alasan bahwa jatah impor sudah habis. "Bagi saya ini ironis karena negara tidak berdaya menstabilkan harga. Ketika kami berinisiatif dengan semangat nasionalisme dan membantu masyarakat malah diberi jawaban kuota sudah habis," kata Ismet.