REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan terorisme di Indonesia menurut Polri kini sudah tak berada dalam satu muara organisasi yang sama.
Artinya sepak terjang teroris saat ini terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang independen. Imbasnya, aksi teroris di Indonesia sekarang sudah bergerak sendiri-sendiri tanpa terorganisir, sehingga membuat gerak-gerik mereka tak perlu lagi menunggu komando amir atau pimpinannya.
Pernyataan itu menyusul penangkapan teroris di Mustikajaya, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/3) kemarin. “Jadi sekarang kalau mereka mau ngebom tidak lagi tunggu perintah, langsung saja atas keinginan sendiri,” ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Suahrdi Alius di kantornya Sabtu (16/3).
Suhardi mengatakan tipe pergerakan seperti itu, negara justru harus lebih waspada. Sebab aksi nekat para teroris lebih sulit terdeteksi karena terpecah dalam kelompok-kelompok kecil.
Kelompok-kelompok ini dapat bergerak sesuka hati baik dalam menentukan target maupun lokasi serangan terornya. Menurutnya mereka tak lagi terbelenggu ikatan organisasi yang membuat gerakannya terkadang cepat terbaca.
“Mereka kini parsial bisa bergerak kapan pun dimaui dan dalam kelompok yang terpecah. Kami harus waspada,” ujarnya.
Sebelumnya, polisi berhasil menjaring tujuh teroris di tiga lokasi, Bintaro dan Teluk Gong, Jakarta serta di Bekasi. Tiga di antaranya tewas diterjang peluru polisi karena melakukan perlawanan.
Dari penangkapan itu polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti, yakni 14 bom pipa aktiv, lima pucuk senjata api izzi dan puluhan butir peluru. Keempat tersangka sudah diamankan ke Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.