Senin 11 Mar 2013 12:58 WIB

Jokowi dan Prabowo Berpeluang Menangkan Pilpres 2014

Jokowi dan Megawati
Foto: Antara/Haryo Setyaki
Jokowi dan Megawati

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto dinilai sebagai dua kandidat yang paling berpeluang untuk menjadi Presiden RI 2014-2019.

Dewan Penasihat Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengungkapkan, yang paling menarik pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 adalah figur yang akan menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Jokowi dan Prabowo.

''Figur-figur yang paling berpeluang untuk mendampingi Jokowi atau Prabowo antara lain; Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, Gita Wiryawan, Hary Tanoesoedibjo, Mahfud MD, dan Puan Maharani,'' ujar Jeffrie dalam siaran pers yang diterima ROL, Senin (11/3).

Menurut dia, keenam figur itu dapat dipastikan akan bersaing ketat untuk menjadi pilihan cawapres bagi Jokowi dan Prabowo.

Pernyataan Jeffrie Geovanie itu diperkuat dengan hasil beberapa survei terbaru yang menunjukkan bahwa Jokowi dan Prabowo masih berada di rangking teratas dan menjadi favorit sebagai Capres 2014.

Hal senada juga diungkapkan Endang Tirtana, peneliti pada Maarif Institute. Menurut dia, di tengah kemelut korupsi yang melanda negeri ini, masyarakat butuh pemimpin alternatif yang tegas dan bersih dari jejak korupsi.

''Hal ini ditunjukkan, misalnya saja, masyarakat secara garis besar sudah tidak lagi mempersoalkan kesalahan-kesalahan pelanggaran HAM yang menyangkut Prabowo,'' tutur Endang.

Selain itu, kata dia, masyarakat juga sudah tidak terlalu mengelu-elukan pemimpin yang kharismatik dan pintar berteori. Endang mencontohkan hal itu terlihat dari pilihan masyarakat kepada Jokowi.

 

''Masyarakat  butuh pemimpin yang apa adanya, jujur, bertindak cepat dan tegas serta berpihak pada rakyat yang sosoknya ada pada Jokowi,'' papar Endang. Ia berpendapat

Jokowi dan Prabowo merupakan sosok yang kreatif dalam memasarkan program-program mereka dengan target yang jelas dan konsisten.

Akan tetapi, kata Endang, pilihan sementara masyarakat ini tentunya tergantung dari kebijakan partai yang mengusung calon.

Bisa jadi, kata dia, sang tokoh menjadi idola masyarakat secara umum, akan tetapi ada kebijakan strategis partai yang tidak bisa bersinergi sehingga memunculkan nama lain.

''Partai dalam hal ini harus bisa mengolah sinyal-sinyal kebutuhan masyarakat (kualitas popularitas calon) dan juga kualitas kapabilitas calon jika ingin memenangkan pemilihan,'' tutur Endang Tirtana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement