REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Seniman serba bisa Didik Nini Thowok menilai pemerintah Indonesia perlu belajar dari Jepang dalam upaya melestarikan kebudayaan tradisional.
"Perlu perhatian pemerintah dalam pelestarian seni tradisional," katanya usai pergelaran wayang orang "Werkudara 7 Wong" di Semarang, Sabtu (9/3) malam.
Ia menjelaskan bahwa Jepang memiliki kepedulian tinggi dalam melestarikan kesenian tradisionalnya, seperti kabuki, seni teater asli Negeri Sakura yang membuatnya tetap bertahan hingga sekarang.
Menurut dia, masyarakat Jepang juga sangat mengapresiasi pergelaran kesenian tradisionalnya dibuktikan dengan relatif mahalnya tiket untuk pertujukan kabuki yang membuat kesenian itu bergengsi.
"Di sana (Jepang, red.), kalau orang menonton pertunjukan, misalnya kabuki, dengan mengenakan kimono menandakan sangat 'respect' dengan pertunjukan itu dan menganggap sangat bergengsi," kata pemilik nama Didik Hadiprayitno itu.
Kondisi semacam itu, kata dia, sepertinya belum ditemui di Indonesia, padahal perhatian yang diberikan pemerintah dalam kesenian tradisional sangat penting untuk mempertahankan dan mengembangkannya.
Pria kelahiran Temanggung, 13 November 1954, itu mengatakan perhatian pemerintah bisa dilakukan melalui berbagai cara, mulai kemudahan-kemudahan dan sarana prasarana untuk melestarikan kesenian tradisional.
"Ya, tidak hanya Jepang yang peduli terhadap kelestarian budaya dan kesenian, banyak negara lain seperti itu. Saya harapkan pemerintah Indonesia juga peduli terhadap kesenian tradisional," katanya.
Bahkan, kata dia, kepedulian terhadap kesenian dan budaya tradisional Indonesia justru ditunjukkan oleh negara lain, antara lain, banyaknya permintaan untuk tampil di negara lain dibanding Indonesia.
"Tahun lalu, saya diminta pentas di Hong Kong, Jerman, Amerika Serikat, Kuwait, dan Malaysia. Tahun ini, rencananya saya akan ke Austria pada tanggal 8--22 Juni 2013, dan satu negara lagi karena diundang tampil di sana," katanya.