Kamis 07 Mar 2013 21:15 WIB

Gerindra Tuding SBY Paling Boros Soal Kunjungan ke Luar Negeri

Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon (kanan) bersama dengan Wakil Ketua DPD Laode Ida (kiri)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon (kanan) bersama dengan Wakil Ketua DPD Laode Ida (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk fokus dengan urusan dalam negeri. Mengingat masih banyak hal yang harus dibenahi. Sehingga, harus mengurangi kegiatan kunjungan ke luar negeri.

"Kunjungan luar negeri banyak seremonial dan pencitraan. Blusukan di dalam negeri harus lebih diperbanyak agar ada perhatian pada rakyat secara langsung," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, Kamis (7/3).

Fadli menuding, kegiatan kunjungan ke luar negeri hanya pemborosan APBN. Apalagi, kegiatan dan kegiatan dan negara tujuan dinilai tidak dapat memberikan manfaat yang banyak bagi Indonesia. 

Ia pun mengkritisi kunjungan SBY ke Jerman dan Hungaria belum lama ini. Di sini, SBY menghadiri pembukaan pameran pariwisata Internasional Berlin sebagai promosi pariwisata Indonesia. 

 

Menurutnya, perjalanan itu menjadi sia-sia. Karena, saat ini Eropa mengalami krisis ekonomi berat. 

Bahkan, jumlah penganggurannya mencapai titik tertinggi sejak Perang Dunia II. Karenanya, di tengah kondisi krisis maka akan sulit menjual pariwisata ke masyarakat Eropa. 

Karena perhatian mereka saat ini yaitu berjuang untuk bertahan hidup. Hal ini bisa terlihat dari jumlah wisatawan Eropa ke Indonesia yang turun sekitar enam persen. 

"Promosi wisata di tengah krisis, pasti tak efektif," papar Fadli.

Ia juga menuding SBY sebagai presiden paling boros terkait kunjungan ke luar negeri. Anggaran kunjungan luar negeri SBY merupakan yang terbesar ketimbang presiden sebelumnya. Termasuk era Presiden Abdurrahman Wahid maupun Megawati Soekarnoputri. 

Ia mengatakan, total alokasi keseluruhan perjalanan dinas para pejabat negara dari APBN per tahun mencapai lebih dari Rp 21 triliun. Itu merupakan angka yang besar di tengah banyak masalah lain yang lebih prioritas.

Ia juga mengkritisi SBY yang mengunjungi Nigeria. Padahal, neraca perdagangan dengan Nigeria grafiknya datar sejak 15 tahun terakhir. Belum lama juga SBY mengunjungi Inggris. Artinya, hampir setiap dua bulan presiden melakukan kunjungan ke luar negeri.  

"Sebaiknya SBY selektif dan harus membatasi kunjungan luar negerinya. Kapan bisa fokus urus dalam negeri? Seharusnya SBY datang ke Papua ketika delapan prajurit dan empat sipil tewas beberapa waktu lalu," papar dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement