Kamis 07 Mar 2013 15:33 WIB

Tren Kejahatan Seksual ke Perempuan Naik

Rep: Ghalih Huriarto/ Red: Dewi Mardiani
Kekerasan terhadap anak/ilustrasi
Foto: globaltimes.cn
Kekerasan terhadap anak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bandung terbilang tinggi. Tren setiap tahun pun cenderung naik. Pelaku kejahatan seksual rata-rata adalah orang-orang terdekat di lingkungannya. Upaya menurunkan kejahatan itu perlu dimulai dari lingkungan keluarga.

Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sahabat Anak dan Remaja (Sahara) Indonesia, Agus Muhtar Sidik, mengatakan pada 2011 ditemukan 40 kasus kejahatan, kekerasan, dan pelecehan seksual di Kabupaten Bandung. Pada 2012, angka tersebut naik menjadi 65 kasus. Pada periode Januari dan Februari 2013, telah terjadi 9 kasus kejahatan seksual.

"Trennya setiap tahun naik. Jelas kondisi ini memprihatinkan," ujarnya, Kamis (7/3). Agus mengatakan, dari jumlah kasus tersebut, korban kejahatan seksual rata-rata dialami oleh anak, pelajar sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). Selain itu, ada pula wanita dewasa.

Sebagian besar, para pelaku kejahatan dan kekerasan seksual ini dilakukan oleh orang-orang terdekat korban. Mulai teman dekat, pacar, orang tua, saudara hingga tetangga.

Menurutnya, pihak kepolisian melalui unit Perlindungan Anak dan Perempuan (PPA) sudah menjalankan fungsinya dengan baik. Polisi cukup aktif melakukan pengungkapan dan penindakan kasus kejahatan seksual. "Hanya, banyak kasus yang tidak dilanjutkan. Rata-rata alasannya karena menyakut keluarga dekat. Selain itu, korban dan keluarganya menganggap kasus ini sebagai aib keluarga, sehingga cenderung ditutup-tutupi," kata dia.

Namun, kata Agus, sikap proaktif pihak kepolisian kurang mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah. Menurutnya, dalam dukungan anggaran Keluarga Berencana (KB), saat ini lebih banyak dipergunakan untuk pembelian kontrasepsi. "Justru saat ini yang harus digenjot adalah masalah penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan juga termasuk ancaman kekerasan, kejahatan seksual terhadap wanita dan anak-anak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement