REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT mengatakan pembangkit listrik tenaga sampah yang akan dibangun di tempat pembuangan sampah di Kota Pekanbaru, Riau, bisa memproduksi daya hingga 10 mega watt (MW) yang baru merupakan sebagian kecil dari potensi listrik tenaga limbah.
"Menurut survei yang kami lakukan, limbah sampah dalam satu hari dari masyarakat di Kota Pekanbaru, dapat menghasilkan 40 MW daya listrik," kata Firdaus di Pekanbaru, Selasa.
Karena itu, ia mengaku sangat menyambut baik kerja sama Pemerintah Kota Pekanbaru dengan investor asing dan BUMD Riau untuk penggunaan sampah sebagai tenaga listrik.
Sebelumnya, dua BUMD yaitu Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan Kota Pekanbaru bersama PT
Pengembangan Investasi Riau (PIR), dan G20 Environmental Solutions Group menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai kerja sama pengembangan listrik tenaga sampah di Pekanbaru, Senin (4/3).
Menurut Firdaus, penandatanganan MoU mengenai pengembangan pembangkit listrik bertenaga sampah itu merupakan pertama kali dilaksanakan di Indonesia.
Ia menilai upaya pengembangan listrik tanpa bahan bakar fosil maupun batubara merupakan jawaban bagi pembangunan berbasis ramah lingkungan yang berkelanjutan, sekaligus merupakan harapan untuk Kota Pekanbaru yang hingga kini masih terkendala masalah listrik akibat defisit daya dari PLN.
"Semoga tahun ini kita akan bisa nikmati aliran tenaga listrik berbasis sampah di Pekanbaru, mengingat kuota sampah yang banyak di hasilkan oleh masyarakat dalam satu hari di Kota Pekanbaru," katanya.
CEO G20 Environmental Solutions Group Andrew Skidmore, mengatakan proyek tersebut akan mengembangkan empat pembangkit listrik berbahan bakar sampah perkotaan dengan tingkat pengolahan 10 ton sampah per jam. Kemudian untuk tahap selanjutnya proyek itu berpotensi untuk dikembangkan menjadi 16x10 ton sampah per jam.
Pengembangan pembangkit listrik tersebut berlokasi di tempat penampungan akhir (TPA) Muara Fajar, Pekanbaru. Untuk tahap awal pembangunannya akan disiapkan empat unit mesin pengolah limbah senilai Rp150 miliar.
Untuk selanjutnya, ketiga pihak yang bekerja sama akan membentuk sebuah konsorsium untuk pembangunan pembangkit listrik sampah itu dengan nama G20 ESG Pekanbaru.
Untuk pembiayaan, Andrew mengatakan sebanyak 30 persen dana berasal dari masing-masing perusahaan. Jumlahnya akan sebanding dengan nilai pemilikan sahamnya, yaitu 50 persen dari G20 Environmental Solution Group, 25 persen dari PT PIR dan 25 persen dari PD Pembangunan Kota Pekanbaru.
"Sisanya sebesar 70 persen nantinya akan didanai melalui pembiayaan World Bank atau Asia Development Bank," katanya.
Sementara itu, Direktur Riau Investment Corporation Detri Karya, yang mewakili PT PIR mengatakan pertemuan lanjutan itu untuk membahas dan mempercepat legalitas dan juga pembentukan badan konsorsium.
"Lebih kurang 5-6 bulan kita punya waktu untuk mempersiapkan, walaupun pihak G20 ingin agar ini bisa secepatnya dilaksanakan," ujar Detri