REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Integrasi Indonesia dengan Papua diakui memang memiliki kelemahan. Hanya saja, menurut anggota DPD RI Provinsi Papua Barat, Wahidin Ismail, kelemahan itu mesti dipandang tantangan untuk menyatukan rakyat Indonesia dengan Papua lebih baik lagi.
Papua, ujar Wahidin, tidak bisa diperlukan seperti daerah lain sebab Papua memiliki kekhasan sendiri sebagai daerah. Untuk merawat Papua harus telaten dan sabar.
“Sebagai contoh, saat pemerintah pusat menggulirkan dana otonomi khusus (otsus), maka penggunaan dana otsus itu harus didampingi pusat, tidak bisa dilepaskan begitu saja,” katanya katanya dalam Dialog untuk Redam Kekerasan di Papua di Gedung DPR/MPR, Senin, (4/3).
Pemerintah pusat, terang Wahidin, harus mendampingi dan mengayomi warga Papua dengan telaten. Anak-anak Papua tidak bisa ditargetkan memenuhi standar pendidikan daerah lain di Indonesia. Salah satu alasan, sepulang sekolah mereka harus membantu orangtuanya di ladang.
Pendekatan terhadap masyarakat Papua, ujar Wahidin, memang khas. Papua sangat menghormati nilai-nilai adatnya, sehingga pemerintah pusat saat mendekati Papua harus melakukan pendekatan kulturan seperti berziarah ke makam tokoh adat di sana. “Warga Papua tidak cukup hanya didekati secara struktural,”ujarnya.
DPD, lanjut Wahidin, sudah berusaha memfasilitasi berbagai aspirasi warga Papua ke instansi terkait, meski hasilnya masih kurang signifikan. Ia menegaskan eksekutif yang harus lebih aktif dalam mengatasi masalah Papua karena mereka eksekutornya.