Senin 04 Mar 2013 20:37 WIB

Kecewa Pengelolaan Terminal, Sopir Bus dan Angkot Tutup Tol

Rep: Amri Amrullah/ Red: Fernan Rahadi
Sopir Angkot (ilustrasi)
Foto: Antara Foto
Sopir Angkot (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Kekecewaan sopir bus dan angkot terhadap pengelolaan Terminal Tambak Oso Wilangon (TOW) menjadi-jadi. Massa pengunjukrasa yang berasal dari Paguyuban Transportasi Terminal TOW sejak Senin (4/3) pagi menutup akses tol Romo Kalisari, KM 8,6 Surabaya-Gresik dengan 40 bus dan 50 angkot.

Akibat dari penutupan akses tol ini, sejak Senin jalur non tol yang menghubungkan arah tol macet total. Polrestabes Surabaya sejak Senin Pagi telah menyiagakan 1000 personel untuk mengantisipasi aksi unjuk rasa ini. Kasatlantas Polrestabes Surabaya, AKBP Sabilul Alif mengatakan, setidaknya 1000 personel sudah dikerahkan di tiga titik unjuk rasa.

Aksi unjuk rasa ini menuntut Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan Dinas Perhubungan (Dishub) , kembali memaksimalkan operasional Terminal TOW bagi bus antar kota antar provinsi ( AKAP). Dimana sebelumnya, Pemkot dan Dishub berencana menyetop operasional bus AKAP, atas alasan sepinya penumpang ke Terminal TOW dan mengalihkan trayek bus AKAP ke Terminal Purabaya.

Sekretaris Paguyuban Pekerja Transportasi Terminla TOW, Supari mengatakan, pihaknya menuntut Pemkot dan Dishub kembali menjalankan operasional Terminal TOW sesuai dengan SK Dirjen Perhubungan Darat. "Kami meminta terminal TOW ini kembali difungsikan untuk angkutan bus jalur utara," ujar Supari ke rekan media, Senin (4/3).

Supari pun mengancam tidak akan membuka blokade tol ini sampai ada jawaban dari Pemkot dan Dishub terkait dikembalikannya Terminal TOW untuk bus jalur utara. Konflik angkutan ini terjadi setelah Pemkot membangun Terminal TOW pada 2003 lalu, untuk mengambil bagian dari distribusi pendapatan Terminal Purabaya atau Bungurasih, yang masuk dalam kawasan Sidoarjo.

Namun kenyataannya, masyarakat tetap lebih memilih menggunakan Terminal Purabaya, karena lebih strategis ketimbang Terminal TOW. Akibatnya, distribusi pendapatan itu tidak tercapai, dan Terminal TOW terus menerus sepi penumpang. Puncaknya, Pemkot pun berencana menurunkan kelas Terminal TOW menjadi kelas C, hanya diperuntukkan bagi angkutan kota. Dan mengalihkan kembali trayek AKAP ke Terminal Purabaya.

Sontak keputusan Pemkot ini pun ditolak awak bus AKAP dan angkutan kota yang telah menggunakan trayek Terminal TOW ini pun menolak kebijakan tersebut. Awak bus dan angkot ini sudah berkali-kali meminta agar fasilitas di Terminal TOW dioptimalkan untuk menarik penumpang, bukan malah memindahkan trayek bus AKAP kembali ke Terminal Purabaya.

Bahkan DPRD Surabaya sudah memberi batas waktu ke Dishub per 28 Februari untuk memerintahkan kembali bus AKAP ke Terminal TOW. Sayangnya ini tak kunjung dijalankan.  Awak bus pun mengancam akan menutup akses tol bila trayek bus AKAP tidak kembali masukn ke Terminal TOW. "Aksi ini adalah bentuk  janji kami dan protes karena Pemkot tidak mau mendengarkan permasalahan ini," ujar Supari.

Usai menutup tol, sebagian pengunjuk rasa kemudian bergerak menggelar aksi mereka ke Dishub dan Pemkot Surabaya. Mereka menuntut bertemu Wali Kota dan Kepala Dishub Surabaya. Kemacetan pun menyebar ke dalam kota ketika pengunjuk rasa bergerak menuju Balai Kota, dengan puluhan bus dan angkot. Pemkot Surabaya pun kemudian berjangkit akan memenuhi permintaan pengunjukrasa.

Ironisnya, akibat unjuk rasa ini, ratusan penumpang yang masih menggunakan Terminal TOW harus menunggu tanpa kejelasan angkutan sejak pagi hingga sore. Mereka terlantar karena tidak ada angkutan umum sama sekali baik bus atau angkot di terminal tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement