Jumat 01 Mar 2013 20:09 WIB

Adhyaksa: IBF Harusnya Empat Kali Setahun

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah pengunjung IBF saat melihat koleksi buku-buku yang dipamerkan.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Sejumlah pengunjung IBF saat melihat koleksi buku-buku yang dipamerkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Even pameran buku seperti Islamic Book Fair (IBF) harus rutin digelar. Mantan menteri pemuda dan olahraga Adhyaksa Dault bahkan mengusulkan IBF digelar empat kali setahun.

"Lihat sendiri kan antusiasme masyarakat disini. Di Jepang itu ada 1000 buku diterbitkan tiap hari. Kalau kita setahun sekali terlambat," ujarnya saat mengunjungi IBF, Jumat (1/2).

Adhyaksa mendorong peran pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan dan kebudayaan lebih aktif memfasilitasi pameran. "Jangan bergantung pada EO dan sponsorship dong," ungkapnya.

Adhyaksa memberikan catatan jika kultur membaca masyarakat masih belum merata. Tingkat pendidikan yang masih banyak di tingkat dasar harus digenjot. Saat ditanya apakah internet akan mematikan dunia buku, pria berkumis ini optimistis buku masih dicari masyarakat.

"Buku itu sudah kultur. Apalagi dari nubuwah kan dielaskan nanti teknologi itu akan kembali ke peradaban lama. Jadi buku akan survive," tukasnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement