Jumat 01 Mar 2013 03:38 WIB

Bantul Rintis Karantina Burung Hantu

Burung hantu (ilustrasi).
Foto: animaldiscovery.com
Burung hantu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL--Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai merintis pengembangan karantina burung hantu di Kecamatan Sedayu sebagai predator tikus yang sering memakan tanaman padi di wilayah setempat.

"Sebagai tahap awal di beberapa lokasi di Desa Argomulyo dan Argosari, Sedayu, sudah dibuatkan lima sampai tujuh 'gupon' (kandang burung hantu) sederhana," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul Edy Suhariyanta, Kamis.

Menurut dia, pengembangan karantina burung hantu dibutuhkan di wilayah Sedayu, karena kawanan tikus sering menyerang sawah milik petani hingga mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk menanggulanginya.

"Burung hantu merupakan satu-satunya predator tikus, bahkan saat masih bayi, burung hantu makannya tikus untuk tumbuh, sehingga perlu ada populasi burung hantu. Untuk itu, arahnya perlu pengembangan karantina burung hantu," katanya.

Ia mengatakan dalam pengembangan karantina burung hantu, pihaknya bersama kelompok tani juga sudah melakukan studi banding ke Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang sudah berhasil selama dua tahun mengatasi tikus melalui pengembangan karantina burung hantu.

"Jadi, di situ ada keseimbangan ekosistem antara tikus dengan burung hantu. Di Demak keberadaan burung hantu sangat efektif membasmi tikus, sebelum ada karantina kerusakan lahan mencapai 60 persen, namun kini bisa ditekan menjadi dua persen," katanya.

Bahkan menurut pengamatannya, pada malam hari sepasang burung hantu akan keluar dari sarang untuk mencari mangsa, dan setidaknya bisa membunuh empat hingga lima ekor tikus semalam, sementara diketahui kawanan burung hantu di Demak jumlahnya lebih dari 40 pasang.

Oleh karena itu, kata dia, di wilayah Kecamatan Sedayu yang kerusakan lahan pertanian akibat hama tikus sekitar 20 persen, tetap membutuhkan karantina burung hantu guna menekan angka kerusakan lahan pertanian.

"Untuk di Bantul, saya kira tidak perlu sampai berpuluh-puluh pasang burung hantu seperti di Demak, karena burung hantu hanya mau makan tikus, sementara kalau tidak ada makanan justru burung hantu akan mati," katanya.

Ia berharap masyarakat bersama pemerintah desa setempat bisa bersinergi dalam merintis pengembangan karantina burung hantu, karena harus ada tim yang merawat dan mengawasi agar tidak ada yang memburu dengan cara menembak.

"Sambil menunggu populasi burung hantu bertambah, kami siap memfasilitasi kelompok tani melalui pendampingan hingga pengendalian, jika sudah waktunya diperlukan tempat karantina maka bisa mengajukan proposal ke APBD," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement