Kamis 28 Feb 2013 21:32 WIB

Rusty Sebabkan Banjir di Delapan Kabupaten di NTT

Rep: Fenny Melisa/ Red: M Irwan Ariefyanto
Badai Rusty/ilustrasi
Foto: News.co.au
Badai Rusty/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Siklon tropis Rusty yang berada di daratan Australis sebelah Timur Port Hedland dengan kekuatan mencapai 165 km/jam telah menyebabkan terjadi banjir dan angin kencang di Provinsi NTT sejak Selasa (26/2) hingga Kamis (28/2).

Tercatat 8 kabupaten di NTT mengalami banjir dan angin kencang yaitu di Kabupaten Belu, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Manggarai, Kabupaten  Lembata, Kabupaten Kupang, Kabupaten Ngada, dan Kabupaten Ende. "Banjir terparah terjadi di Kabupaten Belu," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Kamis (28/2).

Di Kabupaten Manggarai Timur, angin kencang yang melanda beberapa desa/kelurahan di Kecamatan Lambaleda dan Kecamatan Borong  mengakibatkan 173 rumah rusak ringan hingga berat serta 1 SD  rusak berat.

Di Kabupaten Lembata banjir yang menggenangi 3 kecamatan yakni Kecamatan Nuban Tukan, Kecamatan Naga Wutun dan Kecamatan Leba Tukan menyebabkan 700 jiwa mengungsi dan berdampak putusnya ruas jalan Lewopentun menuju Warawatun.

Di Kabupaten Manggarai angin kencang  melanda di 2 kecamatan menggakibatkan 43 rumah masyarakat rusak ringan dan berat. Selain itu, hujan deras menyebabkan banjir bandang akibat meluapnya kali Reo dan menggenangi pemukiman warga dan longsor menyebbabkan jalan Ruteng - Reo tidak dapat di lewati.

Di Kabupaten Kupang banjir akibat meluapnya sungai Oe Uki di Kecamatan Amfoang Timur merendam 13 rumah dan menewaskan tiga orang warga.

Di Kabupaten Belu banjir di sekitar sungai Benenain Kecamatan Malaka Barat menyebabkan putusnya tanggul sepanjang 100 m yang berdampak tergenangnya rumah penduduk di 9 kecamatan yaitu Desa Umatos, Desa Lasaen, Desa Fafoe, Desa Sikun, Desa Rabasahain, Desa Oanmane, Desa Motaulun dan Desa Uealor.

Sebanyak 2.507 rumah terendam sehingga ribuan warga mengungsi. Banjir  juga merendam sejumlah sarana umum, seperti sekolah, rumah ibadah, pondok bersalin desa (polindes), pasar desa, dan pos pelayanan terpadu (posyandu).  "Bahkan, jalan raya sepanjang 19,6 kilometer aksesnya terputus," kata Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement