Senin 25 Feb 2013 23:53 WIB

Bekasi Barat Masih Dipenuhi PKL

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Djibril Muhammad
Penertiban PKL
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Penertiban PKL

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI BARAT -- Trotoar di sepanjang Jalan I Gusti Ngurah Rai, Bintara, Bekasi Barat telah beralih fungsi. Hampir setiap malam, jalan yang menghubungkan Bekasi Barat dan Jakarta Timur itu berubah menjadi pasar malam. 

Setiap hari, mulai pukul 16.00 WIB hingga paling tidak pukul 23.00 WIB, trotoar di sepanjang jalan tersebut beralih fungsi menjadi tempat berjualan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Kondisi itu tidak pelak menimbulkan kemacetan di beberapa titik jalan. Sebab, banyak pengendara motor atau bahkan mobil yang berhenti sembarangan di pinggir jalan dan melambatkan laju kendaraannya.

Kemacetan yang kerap terjadi ini dikeluhkan pengguna jalan yang sering melewati jalan itu. Irwan, warga Penggilingan, Cakung, menyatakan, dia selalu merasa kesulitan setiap melewati jalan tersebut.

"Hampir setiap hari, kalau lewat sini pasti macet dan lumayan tersendat," ujar pria yang bekerja di Bekasi Square itu kepada Republika, Senin (25/2).

Ada sekitar ratusan pedagang yang menjajakan barang dagangannya di jalan akses yang menghubungkan Bekasi-Jakarta itu. Pedagang tersebut berjejer dari depan Stasiun Cakung hingga dekat fly over Kranji.

Barang yang dijual pun beragam, mulai dari helm hingga pakaian jadi. Bahkan ada pula yang menawarkan kredit motor.

Rustam, pedagang VCD dan DVD bajakan, mengungkapkan, dia sudah berjualan sejak 2011 silam. Biasanya dia membuka lapaknya pada pukul 17.00 WIB. Dia pun mengaku tidak mempunyai pilihan lain untuk tempat berdagang.

Selain itu, dia mengaku rutin membayar uang keamanan sebesar Rp 20 ribu kepada oknum preman. "Uang keamanannya sih gak sama. Tiap pedagang beda-beda, kalo yang paling tinggi bisa sampe 20 ribu," katanya.

Sementara Hamid, pedagang helm, mengungkapkan, selama ini beberapa kali Satpol PP Kota Bekasi melakukan penertiban. Menurutnya, penertiban itu dilakukan terakhir kali pada 2012 silam. Tapi beberapa hari setelah ditertibkan, dia memilih kembali berjualan di situ lantaran tidak mempunyai pilihan tempat untuk pindah.

"Kalau buat relokasi sih mau-mau aja mas, tapi tempatnya kalo bisa yang rame juga," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement