REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA -- Tanah longsor menerjang Kampung Cilalawang RT 23/08, Desa Cianting, Kecamatan Sukatani. Akibat kejadian itu, 66 rumah mengalami kerusakan karena tanahnya mengalami pergeseran. Dari 66 rumah itu, delapan di antaranya dalam kondisi rusak berat. Warga yang menghuni rumah tersebut, kini tinggal di tenda pengungsian.
Agus (33 tahun), warga setempat yang rumahnya rusak parah, mengatakan, longsor tersebut terjadi sejak sepekan terakhir. Namun, sampai hari ini pergeseran tanah masih sering terjadi. Karena, gerakan tanah masih ada, warga yang menghuni 66 rumah itu belum berani pulang ke rumah masing-masing. "Kami masih takut pulang ke rumah," ujar Agus, Kamis (21/2).
Karena itu, sekarang ada 263 jiwa yang tinggal di tenda pengungsian. Pasalnya, hidup di tenda dinilai lebih aman ketimbang tinggal di dalam rumah. Karena kondisi seperti ini, warga meminta supaya pemerintah segera merelokasi mereka.
Diakui Agus, sebenarnya pada 1997 lalu, pernah terjadi longsor di kampung ini. Korbannya, yaitu yang 66 KK tersebut. Akhirnya, 66 KK itu direlokasi oleh pemerintah setempat ke lokasi yang sekarang. Setelah 16 tahun berlalu, ternyata lokasi yang dijadikan tempat relokasi ini kembali longsor. Korbannya, masih yang itu-itu juga.
Terkait dengan rumahnya yang rusak parah, Agus menyebutkan, kini dinding rumahnya sudah retak-retak. Bahkan, tembok bagian dapur telah jebol, karena dihantam material longsor. Tak hanya itu, posisi rumahnya juga sudah mengalami sedikit pergeseran. "Rumah tersebut, harus direhab total," jelasnya.
Anggota Tim Tagana Kabupaten Purwakarta, Dede Sarif Hidayat, mengatakan, lokasi tersebut belum aman untuk ditinggali warga. Karena itu, tim menganjurkan warga untuk tetap tinggal di tenda pengungsian. Terutama, bila tanda-tanda hujan akan turun, 263 warga itu harus sudah mencari tempat yang aman. "Bila rumah mereka ditempati, kami khawatir akan ada korban jiwa," ujar Dede.