REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelusuran terhadap dalang di balik perusakan lima gereja di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) terus dilakukan.
Belakangan, meski Kepolisian setempat mengaku sudah mengantongi ciri-ciri pelaku melalui keterangan saksi dan rekaman CCTV, namun pengungkapan identitas masih sulit.
Padahal, kejadian yang berlangsung pada Ahad (10/2) dan Kamis (14/2) itu diduga dilakukan kelompok yang sama. Sehingga, apabila satu identitas pelaku terungkap pada perusakan pertama, bukan tidak mungkin langkah pengungkapan selanjutnya akan lebih mudah.
Untuk melancarkan proses identifikasi pelaku yang sempat terekam dalam CCTV, Polda Sulsel akhirnya mengirimkan rekaman tersebut ke Mabes Polri di Jakarta.
Menurut Kapolrestabes Makassar Kombes J Wisu Sandjaja, langkah tersebut dilakukan guna mengungkap identitas wajah pelaku yang samar di layar rekaman. "Dengan teknologi di markas kami, tingkat kesamaran ini sulit untuk diperjelas," ujar dia saat dihubungi, Republika, Rabu (20/2).
Wisnu berujar, diharapkan dengan pengiriman CCTV ini ke Mabes Polri, alat-alat yang lebih canggih di Jakarta mampu menguak indentitas pelaku. "Pusat memiliki alat-alat yang jauh lebih canggih. Biar pun gambarnya kabur, akurasi bisa lebih ditingkatkan," ujarnya.
Pengungkapan pada kejahatan yang tidak bertanggung jawab ini sebelumnya diakui Mabes Polri pun berjalan alot. Sebab, selain minimnya saksi dan bukti, para pelaku yang tertangkap kamera CCTV ini pun menggunakan helm yang menutup wajah mereka.
Sehingga, identitasnya sulit untuk dikuak. Terlebih, kendaraan yang digunakan para pelaku ini sampai sekarang belum bisa dicari keberadaannya.
"Semua saksi sebelumnya sudah diperiksa tapi belum ada sampai ke arah sana (pengungkpan identitas pelaku," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Kombes Agus Rianto kemarin.
Untuk itu, dia pun meminta kepada masyarakat untuk bersabar dan memberikan waktu kepada kepolisian untuk mengungkapkan hal ini.
Perusakan gereja di Makassar dicurigai didalangi kelompok yang ingin mengadu domba kerukunan umat beragama di sana. Kejadian yang berlangsung dini hari tersebut membuat situasi sosial di Makassar terganggu.
Enggan kejadian sama terulang dan menimbulkan efek lebih luas, pada Jumat (15/2) Polda Sulsel langsung membuat kebijakan ekstrem. Demi keamanan, layaknya hari Natal dan malam tahun baru, seluruh gereja yang berdiri di Kota Makassar dijaga polisi.
"177 gereja yang ada di Makassar masing-masing dijaga oleh dua orang petugas," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulsel beberapa waktu lalu kepada Republika.