REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pedagang bakso mengeluhkan harga daging yang masih tinggi. Mahalnya harga daging tersebut juga ikut menurunkan pendapatan pedagang.
"Kita tukang bakso ya ngeluh banget, tapi mau bagaimana lagi, kalau kita tak beli ya kita nggak dagang," ujar Tumin, salah seorang pedagang bakso di kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Menurut Tumin, dulu ia biasa membeli daging tujuh kilogram sehari untuk keperluan warung baksonya. "Sekarang sehari paling cuma tiga sampai empat kilogram," ujarnya. Ia sudah berjualan bakso selama lebih dari 15 tahun ini.
Hal yang sama juga dirasakan oleh pedagang lain. Lili, pemilik warung soto di Kemayoran bahkan mengaku terpaksa menaikkan harga seporsi soto agar tidak merugi. Menurutnya, dulu ia biasa menjual seporsi soto daging dengan harga Rp 17 ribu. "Sekarang sudah Rp 19 ribu," ujar Lili.
Harga yang naik ternyata juga berimbas pada menurunnya jumlah pelanggan di warung soto milik Lili. Ia mengatakan kehilangan omzet hingga 25 persen.
Berdasarkan pantauan ROL di Pasar Senen blok III, Jakarta Pusat, harga daging sapi masih berada di kisaran harga Rp 90 ribu hingga Rp 95 ribu per kilogram. Sayuti, salah seorang pedagang mengatakan sulitnya mendapatkan pasokan daging membuat harganya terus melambung.
Bank Dunia mencatat, harga daging sapi rata-rata di Indonesia pada bulan Desember 2012 mencapai 9,76 dollar AS. Sementara di negara tetangga Malaysia hanya 4,3 dollar AS, Thailand 4,2 dollar AS, Jepang 3,9 dollar AS, Jerman 4,3 AS, dan India 7,4 dollar AS.
Namun, Menteri Pertanian Suswono membantah hal itu. Menurut dia, harga daging sapi yang mahal hanya terjadi di Jabodetabek. Penyebabnya, menurut dia, karena terbatasnya pasokan daging.