Jumat 15 Feb 2013 13:52 WIB

Ini Alasan Kemenhan 'Kebelet' Beli Black Hawk

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Mansyur Faqih
Sementara ini ialah tampilan helikopter Black Hawk terbaru, UH 60 S. Unit dalam foto ini baru berusia 2 tahun.
Foto: Business Insider/Robert Johnson
Sementara ini ialah tampilan helikopter Black Hawk terbaru, UH 60 S. Unit dalam foto ini baru berusia 2 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro berharap pembelian helicopter tempur untuk Mabes TNI AD bisa selesai tahun ini. Ini karena Kementerian Keuangan dan Badan Perencanaan Pembagunan Nasional sudah setuju. Dana yang siap digelontorkan sebesar 200 juta dolar AS alias Rp 1,9 triliun.

Alasan lainnya, kata dia, sisa waktu pemerintahan sekarang secara efektif tinggal setahun. "Jika tidak bisa segera diselesaikan maka takutnya program yang dirancang tidak bisa berkelanjutan," kata dia, Jumat (15/2).

Kepala Badan Saranan Pertahanan Kemenhan Mayjen Ediwan Prabowo menambahkan, dana alokasi yang sudah disetujui sebesar 200 juta dolar AS untuk pembelian Black Hawk. Hasil diskusi dengan perwakilan Pentagon, kata dia, dengan alokasi dana sekarang hanya dapat delapan helokopter Apache. 

Adapun jika dialokasikan untuk Black Hawk maka bisa mendapat 20 unit. Hanya saja, sambungnya, melihat mendesaknya modernisasi alutsista, Kemenhan meminta kenaikan dana hingga 400 juta dolar AS.

"Apache adalah helikopter serang kualifikasi paling tinggi di tataran dunia dan termasuk bisa menyerang tank lapis baja. Saingannya helikopter Cobra dari Eropa," kata Ediwan. 

"Untuk Black Hawk, bisa buat mengangkut pasukan dan helikopter serbu," imbuhnya. 

Terkait penempatan helikopter, Ediwan menambahkan, kebijakan itu diserahkan kepada Mabes TNI AD selaku pengguna.

Sebelumnya, KSAD Jenderal Pramono Edi Wibowo, menjelaskan akan membeli Black Hawk 20 unit dari AS. TNI AD, kata dia, juga memesan 20 unit helikopter serba guna jenis Bell 412 EP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement